Search

Queen of The Hills

The Ridge sendiri adalah pusat keramaian. Saat akhir pekan khususnya pagi hari, banyak warga yang berolahraga dan menikmati sarapan pagi di mini kafe di sekitar kawasan itu.

Selain itu, The Ridge juga menjadi tautan menuju pusat-pusat aktivitas di sepanjang jalan perbukitan ini, dari mulai pusat pertokoan, pasar tradisional hingga tempat ibadah umat Hindu.

Beberapa fotografer menawarkan jasa pemotretan bagi pengunjung yang berada di sana. Mereka mengenakan kostum tradisional Himalaya dan menawarkan spot indah pegunungan Himalaya untuk memikat wisatawan.

Sesama satu profesi sebagai fotografer walau berbeda “lahan” saya berusaha mendekati dan menyapa mereka. Saya terlibat perbincangan sesaat, saling berkenalan dan bercerita tentang rutinitas masing-masing sebagai fotografer.

“Pekerjaan kami setiap hari di sini, mulai dari pagi hingga sore,” ujar Rajesh, salah seorang fotografer yang berkenalan dengan saya.

“Membosankan memang, tapi kami harus menghidupi keluarga, menyekolahkan anak-anak sampai kuliah. Soal penghasilan, memang tak menentu tapi inilah mata pencarian kami.”

Nurani saya terusik usai mendengar kisah mereka dan terbersit satu kalimat teguran bagi diri sendiri.

Isik penak uripmu toh? Iso moto nengdi wae, entuk gaji wulanan, mulakno ra sa sambat (Masih enak hidupmu kan? Bisa motret di mana saja, dapat gaji bulanan. Makanya jangan suka mengeluh).”

Pesan moral pagi itu adalah segala sesuatu yang dikerjakan secara konsisten akan menghasilkan nilai yang besar. Rasa syukur tidak akan membuat hidup kita menjadi miskin, sebaliknya justru membuat hidup berkelimpahan.

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Queen of The Hills : https://ift.tt/2mhhkSL

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Queen of The Hills"

Post a Comment

Powered by Blogger.