Seperti yang dilansir dari Healthline, penelitian terbaru di China mengungkapkan, remaja yang berusia 20 tahunan ternyata lebih cepat mengalami kebotakan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian dari negara tersebut, sebanyak 4.000 atau 60% siswa di Universitas Tsinghua Beijing diketahui telah mengalami kerontokan hingga kebotakan pada rambutnya.
Namun, 25% diantaranya tidak menyadari akan hal tersebut, sementara 40% lainnya merasa cukup menyadari adanya garis rambut mereka yang sudah mulai menipis.
Milenial dan rambut rontok
Meski kebotakan erat dengan bertambahnya usia, sayangnya banyak anak muda di Amerika Serikat mengeluhkan adanya kebotakan pada rambutnya. Dr. Andrea Hui, ahli dermatologi San Francisco, mengatakan bahwa remaja pria dan wanita usia 18 tahun banyak yang meminta bantuannya untuk mengatasi rambut mereka yang mulai rontok.
Tak hanya itu, seorang penata rambut asal New York, Angelo David mengatakan kepada New York Post bahwa semakin banyak klien mudanya merasa khawatir dengan rambut yang menipis. Perubahan hormon saat masih muda, penyakit autoimun, gangguan tiroid dan stress adalah salah satu penyebab yang membuat kerontokan rambut semakin parah.
Namun, diet juga bisa memengaruhi kesehatan rambut. Meningkatnya popularitas makanan vegetarian justru berkontribusi besar pada nutrisi yang dibutuhkan rambut.
Penelitian yang dilakukan tahun lalu oleh Dr. Emily L. Guo, seorang dokter di Baylor College of Medicine Texas, juga mengungkapkan kekurangan protein, zat besi, vitamin D dan nutrisi lainnya sangat berdampak buruk bagi pertumbuhan rambut.
Stres sangat memengaruhi pertumbuhan rambut. Biasanya rambut akan tumbuh, lalu berhenti tumbuh dan pada akhirnya rontok. Proses ini disebut fase anagen, catagen, telogen, dan exogen.
Anagen merupakan fase pertumbuhan rambut di kulit kepala manusia berlangsung selama dua hingga enam tahun. Setelah fase pertumbuhan, rambut memasuki fase catagen singkat atau penyusutan selama beberapa hari.
"Stres bisa mengganggu proses pertumbuhan rambut dan membuatnya berhenti tumbuh sebelum waktunya," kata Dr. Day.
Kerontokan rambut ini pernah diuji pada seekor tikus yang terpapar suara keras. Hasilnya, saat tikus mengalami stres maka rambut hewan pengerat tersebut terbukti mengalami kerontokan.
Para remaja mengaku bahwa mereka merasa terisolasi atau kesepian akibat stres. Periset APA menemukan bahwa anggota generasi X dan milenial melaporkan adanya tingkat stres yang lebih tinggi daripada generasi yang lebih tua. Mereka juga tampaknya memiliki lebih banyak kesulitan untuk mengatasinya. Dr. Day mengatakan, kesalahan pada perawatan rambut remaja milenial juga berkontribusi besar pada kerontokan rambut mereka.
"Bleaching rambut dapat menyebabkan rambut menjadi kering, kemudian rontok atau mati. Beban berat pada kulit kepala saat melakukan penyambungan rambut juga bisa menyebabkan kerontokan," jelasnya.
Dr. Day berpendapat bahwa, media sosial menjadi penyebab meningkatnya kepekaan para remaja terhadap penampilan rambut.
"Normalnya orang mengalami kerontokan rambut pada usia 20-30 tahunan. Namun para selebriti dan media sosial membuat para remaja milenial memiliki hasrat untuk memiliki rambut yang tebal dan menarik dibanding generasi sebelumnya," tambah Dr. Day.
Ia menyarankan, bagi siapapun yang mengalami kerontokan atau penipisan pada rambut, sebaiknya perlu berkonsultasi dengan ahli dermatologis agar mereka dapat membantu memberikan perawatan atau obat-obatan untuk mengatasi masalah tersebut.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Generasi Millennial Rentan Alami Kerontokan Rambut"
Post a Comment