Hal itu disampaikan oleh Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (Asita) Provinsi Papua, Iwanta Parangin-Angin. Menurutnya, tarif penerbangan ke Asmat masih belum terjangkau oleh wisatawan.
"Masalah utama ke Asmat adalah transportasi yang kurang mendukung. Kalau mau sewa pesawat Rp38 juta, kapasitas maksimal tujuh orang, untuk satu arah tidak pulang-pergi," ujar Iwanta, seperti yang dikutip dari Antara.
Padahal pada tahun 90-an, Iwanta melanjutkan, sektor pariwisata Asmat sempat berkembang karena banyak wisatawan yang datang.Hal itu dikarenakan maskapai Merpati Airlines membuka rute penerbangan ke sana.
Selain faktor transportasi, pengelolaan kegiatan pariwisata juga jadi salah satu penyebab lambannya kemajuan pariwisata di Asmat.
"Pariwisata di Asmat turun sejak ada pemekaran kabupaten. Sebelum pemekaran, kegiatan dikelola oleh keuskupan, sekarang pemerintah," kata Iwanta.
Iwanta menilai potensi pariwisata di Kabupaten Asmat masih bisa dikembangkan, karena masih banyak wisatawan yang memiliki keinginan berkunjung.
Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Asmat, selama periode 2011-2015, Kabupaten Asmat telah mengembangkan sebanyak 12 unit destinasi wisata yang bertujuan untuk mempercantik objek wisata tersebut agar semakin menarik di mata wisatawan.
Pariwisata di Kabupaten Asmat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu wisata alam, budaya, dan sosial.
Sementara itu, hasil budaya suku-suku di Kabupaten Asmat yang telah terkenal hingga mancanegara adalah seni kerajinan patung Asmat.
Wisata alam yang terdapat di Kabupaten Asmat di antaranya adalah Taman Nasional Lorentz, Pantai Bokap, Pantai Pek, Pulau Sengsara/Fumaripits, Pantai Bayun, Pulau Tiga/Somel, Pula Lak/Mamats, dan Rawa Baki.
Sementara itu, wisata budaya yang ada di Kabupaten Asmat adalah Pesta Budaya Asmat, Museum Kebudayaan dan Kerajinan Asmat, dan Suku Asmat. Sedangkan wisata sosial berupa kegiatan petualangan dan rumah di atas pohon.
(agr/agr)
Baca Kelanjutan Wisata Asmat dalam Bayang-bayang Transportasi : http://ift.tt/2HQCT64Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wisata Asmat dalam Bayang-bayang Transportasi"
Post a Comment