
Hipertensi dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada generasi milenial, atau mereka yang berusia 18 hingga 39 tahun ke atas.
Generasi milenial menempati 68,7 persen dari populasi (SUPAS 2015) dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, diharapkan dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi.
Menurut data Riskesdas 2018, sebanyak 34,1 persen masyarakat Indonesia dewasa umur 18 tahun ke atas terkena hipertensi. Angka ini mengalami peningkatkan sebesar 7,6 persen dibanding dengan hasil Riskesdas 2013 yaitu 26,5 persen.
Selain itu, prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,1 persen pada tahun 2018 lalu. Sedangkan prevalensi hipertensi pada kelompok usia 18-39 tahun telah mencapai angka 7,3 persen dan prevalensi pre-hipertensi pada kelompok usia tersebut mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 23,4 persen.
Untuk itulah Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) menghimbau generasi milenial untuk mewaspadai adanya penyakit hipertensi dengan melakukan pencegahan dan pengontrolan terhadap hipertensi.
Mereka juga dianjurkan melakukan modifikasi salah satu faktor penyebab hipertensi yaitu melakukan pola hidup sehat sehingga mengurangi risiko terkena hipertensi.
Menurut dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP, seorang pakar hipertensi, salah satu faktor risiko hipertensi adalah gaya hidup yang tidak tepat yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum milenial.
Gaya hidup yang dimaksud tersebut adalah gaya hidup instan yang mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kaum milenial, selain itu juga kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan mengandung vetsin (monosodiun glutamat/ MSG). Merokok juga menjadi salah satu penyebab hipertensi.
Faktor psikososial seperti stres akibat pekerjaan, sikap tidak sabar, dan konflik dengan orang lain juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
Selain faktor-faktor tersebut, obat-obatan juga dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, yaitu seperti obat penghilang rasa nyeri, seperti ibuprofen, obat hormon, seperti pil kontrasepsi, obat penurun berat badan yang biasa dikonsumsi oleh kaum milenial, hingga agen stimulan seperti nikotin.
InaSH mengimbau kepada kaum milenial untuk rutin memeriksakan tekanan darah ke dokter dikarenakan hipertensi dianggap sebagai S silent killer karena tidak menunjukkan suatu tanda-tanda khusus yang menandakan bahwa seseorang terkena hipertensi.
Dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP menyatakan bahwa keyakinan yang dimiliki masyarakat tentang sakit kepala merupakan gejala hipertensi adalah tidak benar, karena hipertensi adalah silent killer yang tidak mempunyai gejala khusus yang menandakan bahwa pasien tersebut terkena hipertensi.
[Gambas:Video CNN] (agr)
Baca Kelanjutan Generasi Milenial Rentan Hipertensi : https://ift.tt/2EN1UzGBagikan Berita Ini
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ReplyDeleteayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
add pin bb 58ab14f5 || ditunggu ya^^