Saya tak bicara soal bedanya Malang dan Saigon, Vietnam, tapi SaigonSan. SaigonSan adalah sebuah restoran di kota Malang, Jawa Timur.
Restoran SaigonSan seolah membawa pengunjung ke dimensi masa lalu sekaligus kekayaan budaya Indocina. Istilah ini merujuk pada wilayah yang dipengaruhi budaya India dan Cina akibat 'ikatan fisik' yakni pengaruh India di bagian selatan dan Cina di bagian utara.
'Rasa' India dan Cina hingga kini masih terasa di negara-negara seperti Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam dan sebagian semenanjung Malaysia dan Singapura.
Jika berkunjung ke Malang, Jawa Timur, apalagi menginap di Hotel Tugu Malang, maka tak ada salahnya mampir menikmati suasana Indocina tanpa harus beranjak dari Indonesia.
Sebelum bersantap, saya pun menyempatkan diri untuk menjelajahi budaya negara-negara Indocina bersama Sarasvati, sang manager restoran.
"Restoran ini mengusung konsep arsitek Indocina tapi masakan lebih ke modern Vietnamese Thailand," katanya saat ditemui di SaigonSan beberapa waktu lalu.
Lampu temaram dan pilar-pilar besar tinggi menjulang menyambut kami. Di salah satu sisi restoran, terdapat ornamen serba merah plus motif-motif bunga yang beragam. Namun di sisi yang berbeda, terdapat ragam hias 'jadul' plus foto tokoh-tokoh dari tiga negara, tak lupa dengan benderanya. mereka adalah mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Thailand), Raja Borodom Sihanouk (Myanmar) dan Ho Chi Mihn (Vietnam).
Saras, begitu dia akrab disapa, sang empu Tugu Group (pemlik restoran) memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh di negara-negara Indocina. Hal ini disebabkan sang leluhur yakni Raden Adjeng Kasinem, istri Oei Tiong Ham, mengoleksi artefak dan karya seni dari negara-negara tersebut.
SaigonSan pun didedikasikan untuk ikatan persahabatan Indonesia dan Indocina sekaligus perayaan kuliner dan budayanya. Salah satu sudut restoran yang menarik ialah ruang Royal Angkor. Pengunjung akan merasakan sensasi bersantap di dalam candi kuno.
Suasana magis semakin kuat kala terdapat patung Jayavarman II. Namun ini tak sampai membuat bulu kuduk saya berdiri.
Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari
kuliner di SaigonSan |
Jayavarman II adalah perintis kerajaan Khmer, Kamboja pada awal abad 9. Jayavarman II pun mengangkat dirinya sebagai raja dari semua raja.
Dari 'lumpia' bening hingga gurihnya ketan
Puas berkeliling, saya pun diajak bersantap malam. Tak ingin setengah-setengah menghadirkan nuansa ala tempo doeloe peralatan makan tembaga sudah tertata rapi di meja. Pramusaji dengan busana tradisional Vietnam, Ao Dai, meletakkan sepiring Goi Cuon dan Paw Pia Thawt.
Kedua hidangan ini punya kemiripan, sama-sama makanan dengan lapisan pembungkus seperti lumpia.
Goi Cuon merupakan 'lumpia' khas Vietnam. Ia memiliki kulit bening dengan isi yang masih tampak segar seperti udang, potongan wortel, daun bawang, serta tak ketinggalan daun cilantro alias daun ketumbar.
Lumpia bening Vietnam ini dibungkus dengan rice paper yang lembut namun sedikit kenyal.
Goi Cuon tersaji bersama saus kacang manis. Jika dicicipi langsung, rasa daun ketumbar terasa cukup menonjol, meski masih ada citarasa udang. Namun begitu dinikmati bersama saus kacang, rasanya lebih lembut, manis dan sedikit gurih dan nutty.
'Lumpia' kedua adalah Paw Pia Thawt, si lumpia khas Thailand. Warnanya kecoklatan karena proses pembuatannya teknik deep fried atau digoreng dengan minyak berlimpah. Bentuknya mirip kerucut dengan isi ayam cincang, udang, daging kepiting dan soun. Keduanya memberikan pengalaman baru makan lumpia dari dua negara berbeda.
Kali ini giliran pramusaji berbusana tradisional Thailand membawakan hidangan berikutnya sebagai appetizer. Bánh Xèo yakni crepes khas Vietnam. Sajian berupa crepes berwarna kuning dan didampingi sekeranjang kecil sayuran segar, saus serta 'mi kaca' khas Vietnam.
"Ini semacam crepe ala sana (Vietnam)," ujar Saras.
Saat digigit, crepe garing mirip dengan telur dadar yang digoreng tipis ini terasa renyah dan gurih.
Untuk menambahkan tekstur, crepe diisi dengan tauge segar dan sayuran segar pendamping pun bisa ditambahkan.
Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari
kuliner di SaigonSan |
Saya memilih untuk mencicipi banh xeo dengan tambahan saus khasnya. Celupkan crepe ke dalam saus dan akan ada cita rasa asam manis.
Gurih dan segar kemudian berganti rasa yang cukup mengejutkan dari Pla Tod Yam Mamuang. Salad khas Thailand ini terdiri dari mangga yang dipotong memanjang, kepiting dan jeruk pomelo. Sebelum disantap, siram dengan minyak ikan sehingga paduan rasa asam manis mangga plus jeruk menyatu dengan gurihnya fish sauce atau minyak ikan. Terdengar aneh tapi kenyataannya mereka menyatu tanpa kompromi di mulut.
Sebagai hidangan utama, Saras membawakan sajian daging sapi yang dipadu dengan whisky dan anggur. Ia berkata, sebelum dipanggang, daging terlebih dahulu dimarinasi dengan whisky dan anggur.
Daging ini disajikan bersama taburan kacang tanah cincang dan minyak ikan.
Sebagai penutup, tak lengkap rasanya jika tidak menyicip dessert khas Thailand Khao Niao Mamuang. Namanya memang agak sulit dibaca dan diucapkan, namun bukan berarti makanan ini tak populer buat Anda.
Khao Niao Mamuang punya nama beken mango sticky rice alias ketan mangga.
Jika ingin menyicip yang tak biasa, maka Young Coconut Creme Brulee patut masuk daftar. Creme brulee masih tetap memiliki lapisan karamel renyah di luar dan lumer di bagian dalam. Namun pengunjung akan merasakan kejutan potongan kelapa muda yang kenyal di dalamnya.
Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari
kuliner SaigonSan |
(chs)
Baca Kelanjutan Terpikat 'Sepiring Indocina' di Kota Malang : https://ift.tt/2LeMuFgBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpikat 'Sepiring Indocina' di Kota Malang"
Post a Comment