
Begitulah kata sambutan saat pertama kali masuk ke situs Jaya International Design, perusahaan arsitektur yang dimiliki oleh almarhum Jaya Ibrahim.
Jaya memang telah meninggalkan dunia di usia ke-67 tahun pada Mei 2015. Namun hingga saat ini karya arsitekturnya menjadi warisan yang membanggakan Indonesia.
Salah satu karyanya yang belakangan ini ramai dibicarakan ialah Capella Hotel, lokasi pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un di Pulau Sentosa, Singapura, pada Selasa (12/6).
Tak banyak tulisan mengenai Jaya. Yang paling lengkap ialah obituari dirinya yang dimuat oleh situs Star2 dan situs perusahaannya.
Walau jarang diberitakan di media massa, tapi karya arsitekturnya sudah cukup berbicara.
Setelah bekerja sebagai akuntan di London, Jaya memenungi panggilan hatinya dan melamar pekerjaan di Blakes, hotel butik mewah yang dirancang oleh Anouska Hempel.
Kariernya sebagai arsitek dimulainya dari sana, tapi ia malah mengawalinya sebagai petugas cuci piring.
Satu dekade kemudian jaringan bisnisnya mulai berkembang. Tepatnya pada awal 1990-an, di saat industri perhotelan di Bali mulai berkembang, Jaya memutuskan pulang ke Indonesia.
Alasannya cukup naif: ia ingin arsitek Indonesia juga punya karya di Pulau Dewata. Hasilnya hotel The Legian Bali menjadi karya pertamanya.
Selain The Legian Bali dan Capella Hotel, Jaya juga menjadi arsitek untuk The Dharmawangsa Hotel (Jakarta), The Datai Langkawi (Malaysia), The Four Seasons Nam Hai Hoi An (Vietnam), Amanfayun Hangzhou (China), Aman at the Summer Palace Beijing (China), Shiatzy Chen Paris (Perancis) sampai Setai in South Beach Miami (AS).
Seluruh hotel yang dirancangnya masuk dalam kategori mewah, tapi Jaya tak pernah lupa menyisipkan nuansa Tanah Air ke dalam eksterior dan interiornya.
Tidak hanya merancang bentuk bangunan, pada Oktober 2013 akhirnya Jaya meluncurkan lini perkakas Jaya Classics Furniture Collection. Nuansanya juga tetap sarat Indonesia.
Majalah Architectural Digest menobatkan Jaya sebagai salah satu dari 100 Perancang Terbaik se-Dunia.
Sedangkan majalah Conde Nast Traveler menasbihkan dirinya sebagai Indonesian Design Guru.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Jaya Ibrahim, Arsitek Hotel Pertemuan AS-Korut"
Post a Comment