Selain itu, fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau dan stigma penyakit kulit yang bakal dikucilkan membuat masyarakat enggan berobat ke dokter. Itu juga yang dialami oleh sejumlah warga yang tinggal di Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura. Pada 2017, ditemukan terdapat 250 pasien baru yang menderita kusta. Temuan ini disampaikan Irmadita, ketua panitia program penyembuhan masalah kulit di daerah bencana, Vaseline Healing Project (VHP) 2018, di Jakarta, pada Rabu (4/4).
"Ini jumlah yang besar, paling tinggi di Jawa Timur," kata Irmadita menambahkan. Bangkalan, Madura menjadi project pertama di Indonesia yang ditangani VHP pada Januari lalu.
Selain Bangkalan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dinilai masuk dalam kategori daerah krisis dan bencana dengan mayoritas masyarakatnya mengidap penyakit kulit, mulai dari kering, eksem, infeksi, hingga skabies atau kudis.
"Daerah krisis dan bencana berbeda-beda di setiap negara. Berdasarkan rekomendasi fakta dari organisasi internasional Direct Relief, masyarakat di daerah Bangkalan dan Karo banyak menderita penyakit kulit," ungkap Ira Noviarti, Personal Care Director PT Unilever Indonesia Tbk, di Jakarta, Rabu (4/4).
Berbeda dengan Bangkalan, warga di Karo punya masalah kulit yang muncul akibat erupsi Gunung Sinabung yang tejadi sejak 2010 lalu. Kurangnya sumber air bersih menjadi salah satu penyebab banyak penyakit kulit di daerah ini.
"Sejak erupsi 2010, di Desa Batu Karang yang terdiri dari 7.000 penduduk hanya memiliki tiga sumber air. Kalau erupsi, sumber air itu tertutup," kata Dokter Apsari Diana Kusumastuti yang merupakan ketua panitia VHP di Kabupaten Karo.
Proyek di Kabupaten Bangkalan sudah digelar pada 28-29 Januari lalu dengan melakukan pelatihan pada 12 dokter spesialis kulit dan kelamin, 14 residen kulit, sembilan dokter umum, dan enam tenaga kesehatan. Selain itu, sebanyak 154 pasien diberikan petroleum jelly, dan obat-obatan lain untuk memperbaiki kesehatan kulit. Proyek serupa disampaikannya, juga bakal dilakukan di Kabupaten Karo dengan menyasar 200 pasien.
Khasiat petroleum jelly
Disebutkan, gangguan kulit yang diderita masyarakat di daerah bencana atau krisis disebutkan bisa diatasi dan dicegah dengan penggunaan petroleum jelly. Zat berminyak yang didapat dari minyak bumi dan selama ini dijadikan sebagai bahan pembuatan salep untuk kulit itu punya kandungan yang bermanfaat untuk memperbaiki kulit.
"Kandungan petroleum sangat berguna untuk memperbaiki kondisi kulit seperti melembabkan kulit ekstra kering dan mempercepat penyembuhan luka. Petroleum jelly juga mampu memperbaiki dan meminimalisir kekambuhan masalah eksim yang sering muncul karena stres," kata Irmadita Citrashanty, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Menurut Irmadita, gel petroleum merupakan bahan dasar obat yang banyak digunakan untuk kesembuhan penyakit kulit. Kandungan gel petroleum yang bermanfaat dan cenderung tanpa efek samping membuat gel petroleum diproduksi terpisah dari obat.
"Bisa digunakan siapa saja, termasuk bayi dan ibu hamil. Hampir tidak ada efek samping karena berfungsi untuk melembabkan kulit dan mempercepat pertumbuhan kulit bekas luka," ujar Irmadita yang bekerja di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Kendati baik untuk kulit, Irmadita menekankan pada masalah kulit yang lebih parah seperti kusta, infeksi dan kudis, pengobatan tak cukup hanya dengan gel petroleum. Irmadita menyebut diperlukan obat-obatan lain sesuai resep dokter untuk kesembuhan. (rah)
Baca Kelanjutan Mengulik Risiko Masalah Kulit di Daerah Bencana : https://ift.tt/2JnpzquBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengulik Risiko Masalah Kulit di Daerah Bencana"
Post a Comment