Begitulah bunyi lirik lagu milik band rock oktan tinggi asal Jakarta, Seringai, berjudul 'Kilometer Terakhir'. Lagu tersebut seakan menjadi lagu kebangsaan bagi para penggiat kegiatan pelesir dengan sepeda motor (riding), yang belakangan ini menjadi tren baru di kalangan anak muda.
Musisi dan pembawa acara Eddi Brokoli merupakan salah satu riders (penggiat riding). Kepada CNNIndonesia.com, pria asal Bandung ini bercerita mengenai hobi yang saat ini menjadi salah satu sendi kehidupannya itu.
Menurut Eddi, yang dalam tahap 'Prospect' di komunitas Bikers Brotherhood Motorcyles Club, dirinya tidak pernah memilih-milih komunitas riding. Dirinya pun tak membatasi kegiatannya di satu komunitas.Selama anggota dan kegiatannya seru, ia bakal tertarik untuk bergabung.
"Kalau di Bikers Brotherhood Motorcyles Club gue gabung karena udah lama banget nongkrong sama mereka, udah lebih dari 20 tahunan mungkin. Terus waktu itu gue diajak beberapa orang, termasuk Iyo (vokalis band Pure Saturday) untuk gabung," kata Eddi.
Sekadar informasi, ada beberapa tahapan keanggotaan di Bikers Brotherhood Motorcyles Club, yakni 'SS Diponegoro' (para pendiri/ sesepuh), 'Life Member' (anggota tetap organisasi setelah melalui beberapa tahap perekrutan yang didasarkan pada ketentuan organisasi), 'Honorary Member' (anggota Kehormatan yang sifatnya diangkat secara khusus dan dapat dipertimbangkan menjadi 'Life Member'), 'Virgin Member' (calon anggota tetap dinaikan satu tingkat setelah melalui tahapan perekrutan organisasi), dan 'Prospect' (tahap awal seorang yang berminat menjadi anggota dan sifatnya masih dalam pertimbangan ketentuan organisasi).
Eddi lanjut mengatakan, komunitas riding tak lagi identik dengan kekerasan. Malah, menjadi corong untuk membantu promosi pariwisata suatu daerah.
Saat komunitas riding melakukan perjalanan, para anggotanya biasanya rutin mengunggah pengalaman mereka di media sosial. Netizen pun jadi mendapat informasi mengenai destinasi wisata yang dikunjungi, berikut cara menuju ke sana.
"Para riders otomatis akan mengangkat tempat-tempat yang didatangi lewat akun media sosial mereka. Jadi riding secara tidak langsung membawa dampak positif kepada pengembangan pariwisata, khususnya di Indonesia," ujar Eddi.
Terkait maraknya kegiatan riding, Eddi memberi beberapa saran agar perjalanan tetap nyaman dan menyenangkan.
Baginya, riding sangat berkaitan dengan koordinasi tim dan manajemen waktu. Sebelum memulai perjalanan, riders harus melakukan riset terkait akses menuju destinasi sehingga waktu perjalanan bisa diperkirakan.
Eddi juga mengingatkan riders agar tetap menjaga kesopanan dan keselamatan selamat perjalanan. Jangan sampai, iring-iringan motor mengganggu kesalamatan pengguna jalan yang lain.
"Sepanjang masih di Indonesia, gue pikir sih gak banyak yang perlu dikhawatirkan jadi masalah. Di daerah pelosok udah banyak lapak penjual bensin yang dimiliki warga. Yang paling utama mungkin perhatiin musim. Tapi sebaiknya tetap bawa perlengkapan untuk mengantisipasi hujan, karena kita tinggalnya di negara tropis jadi hujan bisa terjadi kapan saja," ujar Eddi.
Ketika ditanya perihalan riding yang paling berkesan, Eddi nampak kesulitan memilih satu dari banyak pengalamannya.
Tapi ia mengatakan jika solo riding dengan rute Lombok-Sumbawa yang dilakukannya pada bulan Mei 2017 menjadi salah satu perjalanannya yang paling mengesankan.
Pria yang kerap berkelakar bahwa hanya keluarga dan burung yang menjadi 'penghalang' kegiatan riding-nya ini mengatakan bahwa dalam perjalanannya itu ia bertemu banyak riders dari berbagai belahan dunia.
"Itu berkesan karena pertama kali solo riding, dan di Sumbawa sedang ada acara Eiger Horizons Unlimited Travellers Meeting Indonesia. Dalam acara itu, gue ketemu banyak riders yang membagi pengalaman ridingnya. Seru bangetlah!" pungkas Eddi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Mengangkangi' Motor Sambil Mempromosikan Wisata"
Post a Comment