Malaria impor sendiri adalah penyakit malaria yang diderita di luar wilayah tempat tinggalnya. Dalam hal ini penderita malaria impor Bogor berarti dia terserang malaria di luar kota Bogor.
Penyakit malaria impor mulai menyerang masyarakat Kota Bogor sejak awal tahun 2018. Rata-rata diderita oleh warga Kota Bogor setelah melakukan perjalanan ke wilayah endemis malaria.
Ia pun mengimbau kepada puskesmas dan rumah sakit di Kota Bogor agar lebih selektif menangani para pasien.
"Untuk dokter apabila ada pasien datang dengan gejala trias malaria segera lakukan uji laboratorium, agar tidak terlambat memberikan pengobatan," katanya dikutip dari Antara.
Dwi menyebutkan tercatat saat ini ada tiga kejadian malaria impor di daerahnya. Agar tidak ada lagi korban berjatuhan, ia berharap langkah antisipatif dan pengobatan segera diberikan dan jangan sampai menunggu parasit malaria masuk stadium lanjut yang dapat membahayakan kesehatan pasiennya.
"Trias malaria pada awalnya muncul demam tinggi, berkeringat dan menggigil. Dokter harus curiga, apalagi jika pasien ada riwayat melakukan perjalanan di daerah endemis," jelas Dwi.
Menurut Dwi, apabila penanganan terhadap pasien malaria lambat dilakukan, dan terjadi stadium lanjut hingga komplikasi. Pasien akan mengalami kejang, tidak sadarkan diri, urin berdarah, tubuh berwarna kuning, kekurangan darah, sedangkan bagi ibu hamil bisa menyebabkan keguguran.
Bahkan menurutnya, pernah ada satu kasus pasien malaria impor ketika melakukan pengobatan di salah satu rumah sakit, tidak terdiagnosis malaria. Namun pasien mengeluhkan gejala trias malaria.
Sayangnya pada saat itu pihak rumah sakit tidak melakukan uji laboratorium terhadap pasien. Sementara pasien pernah melakukan perjalanan ke daerah edemis malaria di Papua.
Tim dinkes kemudian langsung bergegas dan menyarankan pasien tersebut melakukan uji laboratorium. Dari hasil pengujian diketahui adanya parasit malaria, Plasmodium vivax.
"Untuknya pasien melaporkan hal itu ke Dinkes, sehingga bisa langsung kita arahkan untuk melakukan uji laboratorium dan pengobatan," ucapnya.
Rata-rata dari tiga kasus malaria impor dialami warga Kota Bogor yang memiliki aktivitas sebagai dosen, peneliti dan tenaga kerja lapangan yang kerap mengunjungi wilayah endemis Malaria.
Dwi melanjutkan, untuk mencegah malaria disarankan bagi mereka yang hendak bepergian ke wilayah endemis malaria untuk membawa obat-obatan, lotion anti nyamuk, dan menggunakan pakaian berlengan panjang.
Apabila waktu bepergian hanya satu minggu masyarakat bisa membawa obat Profilaxis, tersedia di apotek dan diminum sehari sebelum berangkat. Namun, untuk yang melakukan perjalanan lebih dari dua minggu tidak dianjurkan mengonsumsi obat tersebut.
Mereka lebih dianjurkan untuk menjaga kontak dari nyamuk dengan menggunakan losion anti nyamuk, serta berpakaian lengan panjang. Penting untuk menghindari kegiatan pada malam hari, sebab nyamuk lebih aktif di malam hari.
Jika setelah pulang dari daerah endemis terdapat gejala trias malaria, maka pasien dianjurkan untuk langsung memeriksakan diri ke puskesmas, atau rumah sakit, dan secepatnya melakukan pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut berguna agar pengobatannya lebih cepat ditangani. (aps/chs)
Baca Kelanjutan Faskes Bogor Diimbau Lebih Tanggap Cegah Malaria Impor : http://ift.tt/2IfX3a6Bagikan Berita Ini
0 Response to "Faskes Bogor Diimbau Lebih Tanggap Cegah Malaria Impor"
Post a Comment