Search

Mendeteksi Migrain Lebih Akurat Lewat Metode IVM

Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam laporan Kelompok Studi Nyeri Kepala, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia pada 2013, sembilan puluh persen orang Indonesia pernah mengalami nyeri kepala. Sebagian besar beranggapan rasa nyeri pada kepala tersebut merupakan migrain.

Namun, dokter Salim Haris, Sp. S(K), FICA mengatakan, orang yang mengalami sakit kepala belum tentu menderita migrain. Menurutnya, banyak masyarakat yang masih terpengaruh dari iklan obat-obat migrain, dan tidak menyadari bahwa migrain merupakan penyakit bawaan.

"Bila seorang ayah menderita migrain, maka seluruh anak laki-lakinya tidak menderita migrain. Namun, jika seorang ibu menderita migrain semua anaknya baik itu laki-laki ataupun perempuan berpotensi menderita migrain," jelasnya pada Jumat (5/1), di Gedung IMERI, Salemba UI.


Migrain merupakan nyeri pada salah satu bagian kepala atau sakit kepala sebelah. Akan tetapi penyakit kepala sebelah belum tentu bisa dikatakan migrain. 

Menurut Salim, tidak selalu orang yang mengalami sakit kepala pada bagian belakang atau pada ke dua bagian menderita migrain. Oleh karenanya, membedakan migrain dengan sakit kepala biasa harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Selama ini, migrain bisa didiagnosa dengan menggunakan IHS (International Headache Society). Namun, tingkat ketepatan atau akurasi diagnosa IHS hanya 60%. Diagnosis migrain dengan IHS masih menimbulkan underdiagnosis (negatif palsu) sebesar 50 persen.

Salim Harris yang juga Doktor Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini lalu mengungkapkan temuannya berupa rumus yang mampu mendeteksi migrain dengan tingkat akurasi 95%. Rumus tersebut, yakni Indeks Vaskular Migrain (IVM) dapat memastikan indikasi migrain di otak seseorang melalui gambaran pembuluh darahnya.


Rumus itu didasarkan atas penilaian menggunakan Doppler transkranial, dengan modalitas ultrasonografi (USG). Dalam membuat diagnosis, dokter menempelkan probe transducer berkekuatan frekuensi dua megahertz pada bagian kepala temporal pasien. Ini dilakukan untuk mengukur perubahan aliran pembuluh darah otak penderita terduga migrain dengan stimulasi tertentu.
DR. dr. Salim Harris, Sp. S(K), FICA, Inovasi Rumus Baru, Indeks Vaskular Migren (IVM). (Foto: CNNIndonesia/MarcellinaEndah)

Dengan rumus ini, kata dia, migrain bisa didiagnosis dengan akurat sehingga maka para penderita bisa mendapatkan penanganan yang juga tepat. 

IVM, seperti disampaikan pernyataan FKUI, menjadi rumus baru yang telah divalidasi dan mendapatkan hak atas kekayaan intetektual (HAKI) yang dikeluarkan Kemenkumham RI pada 1 Januari 2017. Indeks ini juga mendapatkan piagam penghargaan kekayaan intelektual 2017 kategori non-paten dari Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DIIB) Awards 2017 Universitas Indonesia.


Cegah penyakit 

"Migrain tidak bisa disembuhkan begitu saja. Namun, migrain bisa dikendalikan dengan mencegahnya," jelas Salim. 

Cara yang bisa dilakukan untuk mencegah timbulnya serangan migrain adalah dengan menjaga pola hidup sehat. Penderita migrain harus memiliki waktu tidur yang cukup, tidak begadang, mengkonsumsi makanan sehat, kurangi makanan yang mengandung bahan pengawet, dan juga hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung tiramin seperti keju, sosis, daging asap dan ikan asap. Di samping itu, merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol juga bisa memicu migrain.

Ketika seseorang terserang migrain, kata dokter Salim, ia lebih baik tidur dengan menutup mata dan telinga. Karena, cahaya dan suara, kata dia, akan memperburuk nyeri kepala. (cel/rah)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Mendeteksi Migrain Lebih Akurat Lewat Metode IVM : http://ift.tt/2FfA9Oe

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mendeteksi Migrain Lebih Akurat Lewat Metode IVM"

Post a Comment

Powered by Blogger.