"(Kesehatan mental) sangat menjadi perhatian, seperti demensia, orang lupa, seperti lupa dengan istrinya sendiri atau tempat tinggal. Orang yang hilang (saat naik haji) itu, kebanyakan karena demensia. Kalau sakit tapi nggak demensia, dia ingat pulang," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI, Eka Jusup Singka di Gedung Kemenkes, Selasa (25/7).
Dikatakan Eka, kira-kira terdapat 70 orang jemaah haji asal Indonesia yang hilang setiap musim haji per tahunnya.
Eka juga mengaku pihaknya selalu memberitahu keluarga pasien bahwa pengidap demensia tidak memenuhi istitha'ah atau syarat mampu melaksanakan ibadah haji. Namun, peringatannya kerap diabaikan.
"Tapi, prosedur naik haji kan ada yang mengurus, bukan cuma Kemenkes," ujar Eka.
Meski Kemenkes telah menyiapkan psikiater yang berjaga saat ibadah haji, Eka mengimbau agar pengidap demensia selalu didampingi oleh keluarga demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Demensia merupakan penurunan fungsional yang seringkali disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Biasanya, demensia mempengaruhi memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik.
Selain itu, Kemenkes juga memperingati penyakit apa saja yang perlu diwaspadai kumat saat melaksanakan ibadah haji.
Pertama, penyakit yang 'dibawa' atau sudah diidap dari Tanah Air, contohnya penyakit jantung, paru-paru, dan hipertensi. Jika tidak dikendalikan, gangguan tersebut dapat memperparah kondisi pengidapnya yang sedang beribadah haji. Bahkan, berpotensi menyebabkan kematian.
Kedua, penyakit yang baru didapat dari Arab Saudi, seperti kolera dan heat stroke, yaitu kondisi ketika suhu tubuh mencapai 40 derajat celcius atau lebih.
"Siapapun yang berangkat sehat, kemudian di sana tidak menjaga dirinya dari sengatan matahari, bisa kena heat stroke. Bisa meninggal juga," ujar Eka.
Dipaparkan Eka, data dari Kementerian Kesehatan mencatat jamaah haji asal Indonesia musim 2017 ini mencapai 251 ribu dengan total 63 persen jamaah yang berisiko tinggi, atau sekitar 120 ribu lebih.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 62 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji, terdapat tiga langkah untuk mengupayakan kesehatan para jamaah dalam seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji, yakni pembinaan, pelayanan, dan perlindungan.
Pembinaan adalah upaya kesehatan berbentuk promotif preventif yang dilakukan pada perseorangan maupun kelompok ibadah haji, seperti vaksin meningitis sebagai syarat memperoleh visa Arab Saudi.
Kemudian, pelayanan adalah upaya kesehatan berbentuk kuratif dan rehabilitatif kepada jamaah haji. Sedangkan, perlindungan adalah aksi tanggap cepat dan perlindungan spesifik untuk melindungi keselamatan jamaah haji.
Para jemaah akan berangkat menunaikan ibadah haji pada 28 Juli mendatang. Keberangkatan haji reguler ini ditangani langsung oleh Kementerian Agama. Jemaah mulai memasuki asrama haji di masing-masing daerah per tanggal 27 Juli nanti. (rah)
Baca Kelanjutan Kemenkes: Orang Hilang Saat Naik Haji Kebanyakan Demensia : http://ift.tt/2vGTovrBagikan Berita Ini
0 Response to "Kemenkes: Orang Hilang Saat Naik Haji Kebanyakan Demensia"
Post a Comment