Peneleh terletak di kawasan HOS Cokroaminoto, tidak mengherankan disebut kawasan HOS Cokroaminoto karena di kampung Peneleh Gang VII no. 29-31 beliau sempat membuka indekos dan rumah belajar.
Rumah yang masih dipertahankan keasliannya itu terdiri dari dua lantai dan berukuran 11x8 meter. Di rumah inilah 'bermukim' tokoh-tokoh para pendiri Republik Indonesia, di antaranya Soekarno, SM Kartosuwiryo, Musso, Alimin dan lainnya.
Selain itu, di sebelah utara rumah HOS Cokroaminoto terdapat rumah kelahiran Bung Karno di Jl. Pandean Gang IV No. 40. Rumah ini menegaskan simpang-siur kebenaran tempat lahir Sang Proklamator Indonesia ini.
Namun tak hanya peninggalan era perjuangan saja yang menjadi atraksi utama di sana. Dalam kawasan tersebut, ada sebuah rumah kuno yang diduga terdapat lukisan tangan Presiden RI pertama Soekarno.Bahkan ada pula meja yang diduga merupakan meja peninggalan salah satu Pahlawan Nasional asal Surabaya yang menjadi lakon utama dalam pertempuran 10 November 1945, yakni Bung Tomo.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang menyempatkan datang ke kawasan Peneleh tampak kagum dengan desain-desain bangunannya masih asri, termasuk lantai-lantainya yang sudah tidak beredar di pasaran.
"Kalau bisa rumah ini ditetapkan jadi bangunan cagar budaya saja," ujar Risma seperti yang dikutip dari Antara, Senin (20/5).
Usai berkunjung ke rumah tersebut, Risma kemudian pindah ke Pandean Gang 1. Di gang itu, terdapat Sumur Jobong Majapahit.
Sumur Jobong seperti ini banyak terdapat pada situs-situs permukiman pada masa Hindu Budha, khususnya di Trowulan yang merupakan bekas Ibu Kota Majapahit.
Dalam kesempatan tersebut Risma ditunjukkan batu bata dan beberapa gerabah, bongkahan keramik, serta tulang belulang yang ditemukan di dalam sumur itu.
Wali kota Surabaya itu juga sempat membuka beberapa dokumen hasil kajian tim dari Trowulan tentang Sumur Jobong ini.
Risma menjelaskan bahwa dulu ada cerita bahwa Kota Surabaya itu namanya Ujung Galuh. Dengan adanya bukti-bukti sejarah ini, maka betul bahwa Surabaya itu jadi kota pada zaman Majapahit.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, bukti sejarah ini bisa menjadi situs yang dilindungi sehingga nantinya bisa dimanfaatkan untuk wisata di Surabaya.
Untuk itu dibutuhkan waktu untuk merangkai sebuah cerita, antara data yang ada di buku sejarah dengan hasil temuan di lapangan.
"Memang sulit tapi bukan tidak bisa, butuh biaya dan waktu," ujarnya.
Menurut Risma di kampung ini pasti ada sebuah cerita yang terkait dengan masa lampau atau bahkan sebelum abad kolonial. Ia berharap semua itu nantinya dikumpulkan untuk dirangkai dalam satu cerita.
Risma mengatakan bahwa yang paling penting dari semua itu adalah jangan sampai keterkaitan sejarah ini hilang begitu saja. Benda-benda itu akan diteliti dan digandengkan cerita-ceritanya, sehingga diharapkan akan diketahui pada masa apa kawasan ini berkembang.
Jika berhasil menggandengkan cerita-cerita itu, Risma yakin bahwa cerita itu akan lebih bagus dan menarik daripada cerita dari Eropa.
Karena itu, suatu saat akan dibuat serangkaian cerita, apalagi kawasan ini sudah termasuk kawasan cagar budaya.
[Gambas:Video CNN] (agr)
Baca Kelanjutan Peneleh, Ladang Harta Karun di Surbaya : http://bit.ly/2VwRdGJBagikan Berita Ini
0 Response to "Peneleh, Ladang Harta Karun di Surbaya"
Post a Comment