
Michael C. Siagian, CNN Indonesia | Sabtu, 09/02/2019 12:42 WIB
Namun halangan minor itu tidak melunturkan niat saya untuk menimba ilmu di kota yang terletak di bagian tenggara China.
Meski kurang familiar di telinga masyarakat awam, namun pembangunan fasilitas sarana prasarana di Chongqing jauh di atas ekspektasi saya.Secara geografis, Chongqing adalah kota yang dipenuhi bukit serta dilalui oleh dua sungai besar, Sungai Yangtze dan Sungai Jialing. Selain itu, Chongqing adalah kota sekaligus provinsi yang senantiasa dipenuhi kabut.
Walau berada di lokasi dengan kondisi geografis yang 'menantang', saya melihat Chongqing dibangun dengan teknologi terdepan.
Sehingga secara tidak langsung memberikan 'tantangan' bagi pemerintah setempat, untuk membangun infrastruktur yang sangat memfasilitasi kenyamanan hidup masyarakat Chongqing.
Namun ada satu hal unik yang saya perhatikan yakni perayaan Imlek di China sedikit berbeda seperti yang kita bayangkan di Indonesia.
Adat istiadat jelang Imlek di Chongqing tergolong masih mengikuti tradisi yang konservatif. Masyarakat masih menjunjung esensi perayaan imlek bersama keluarga masing-masing. Makanan khusus yang harus dipersiapkan di perayaan imlek adalah Dumplings dan Glutimous Rice Balls.
Selain itu masyarakat akan memakai baju baru, menempel ornamen tahun baru yang serba merah, serta menonton acara Gala Tahun Baru yang disiarkan di televisi.
Tapi yang menarik beberapa tahun terakhir penggunaan mercon sebagai pemeriah suasana telah diganti oleh rentetan letusan balon.
Bagi masyarakat China, Imlek adalah masa untuk menikmati waktu berkualitas bersama keluarga, yang biasanya diawali dengan tradisi Spring Cleaning (membersihkan rumah), mengumpulkan segenap keluarga dalam makan malam bersama, menempelkan ornamen-ornamen imlek, serta meluangkan waktu bersama keluarga.
Selain itu menjelang imlek masyarakat akan berbondong-bondong kembali ke kampung halaman, umumnya dengan moda transportasi kereta dan pesawat.
Pusat perbelanjaan, restoran, maupun kantor pelayanan (kecuali rumah sakit, kantor polisi, dan pemadam kebakaran) biasanya tutup atau hanya buka setengah hari.
Kemacetan memang terjadi, namun karena peraturan Pemerintah yang mendorong penggunaan mobil ketimbang motor. Bisa dikatakan, kemacetan di China terkesan lebih rapi ketimbang kemacetan di Indonesia.
---
Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi surel berikut: ardita@cnnindonesia.com / ike.agestu@cnnindonesia.com / vetricia.wizach@cnnindonesia.com
(agr/ard)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Merayakan Imlek Tanpa Suara Petasan di Chongqing"
Post a Comment