"Kami terus meninjau rantai pasokan untuk memastikan mereka bisa memenuhi harapan masyarakat. Ini menjadi kesempatan kami untuk menciptakan generasi baru bagi produk-produk high-end," ujar juru bicara Chanel, melansir CNN.
Langkah itu disambut baik oleh aktivis gerakan perlakuan etis terhadap hewan (PETA). Diketahui, selama beberapa dekade, PETA telah menyerukan kepada merek-merek kelas atas untuk meninggalkan kebiasaan menggunakan hewan sebagai bahan dasar pembuatan produk fesyen. Mereka meminta label-label ternama itu untuk menciptakan produk fesyen tanpa ada kekejaman terhadap hewan di baliknya.
"Dan sekarang saatnya bagi perusahaan lain seperti Louis Vuitton untuk mengikuti jejak dari deret merek lainnya dan melakukan hal yang sama," ujar Wakil Presiden Eksekutif PETA, Tracy Reiman.
PETA percaya tak ada lagi alasan untuk membenarkan penggunaan produk-produk hewani dalam industri fesyen. "Kemajuan dalam dunia tekstil telah membuat mana kulit yang asli dan imitasi sulit dibedakan," kata Reiman.
Sebelumnya, label Gucci mengumumkan langkah serupa dan berjanji untuk tidak menggunakan bulu anjing dan rubah.
Pada 2016, desainer Italia, Giorgio Armani juga mengumumkan hal yang sama. Langkah itu, sebut dia, mencerminkan perhatiannya terhadap isu-isu kritis dalam rangka melindungi dan merawat lingkungan serta hewan.
Tak hanya itu, beberapa label lain seperti Vivienne Westwood, Calvin Klein, dan Ralph Lauren pun telah dinyatakan bebas bulu. (asr)
Baca Kelanjutan Chanel Setop Produksi Fesyen Berbahan Bulu dan Kulit Hewan : https://ift.tt/2rpeAFeBagikan Berita Ini
0 Response to "Chanel Setop Produksi Fesyen Berbahan Bulu dan Kulit Hewan"
Post a Comment