Menurut Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kemenpar, Vita Datau Messakh acara yang akan digelar di Aryadutta Hotel, Jakarta pada 22 hingga 23 November 2018 ini bertujuan untuk mengajak lebih dari 100 restoran Indonesia milik diaspora di mancanegara agar menjadi mitra co-branding Kemenpar.
Menurutnya hal tersebut dimaksudkan untuk mensinergikan langkah serta mendukung sepak terjang restoran Indonesia di luar negeri. Selain juga sekaligus untuk menduniakan kuliner Indonesia.
"Kuliner merupakan diplomasi sosial yang paling halus, cepat, dan efektif untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global," ujar Vita dalam keterangan tertulis, Rabu (21/11/2018).
"Sebagai contoh Amerika dengan distribusi film Hollywood dan gaya hidup masakan cepat saji dan Korea dengan drama K-Pop dan kulinernya. Tak saja mereka mampu mempopulerkan social budayanya, namun juga memberikan dampak branding positif bagi pariwisatanya," tambahnya.Vita juga menyebut restoran Indonesia milik diaspora merupakan mitra yang sangat strategis. Restoran-restoran ini dapat memainkan peran yang sangat strategis. Tentunya sebagai etalase pariwisata Indonesia, khususnya wisata kuliner.
Namun menurutnya persaingan di kancah global juga tak dapat dianggap ringan. Pasalnya restoran-restoran ini menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan negara tetangga. Terlebih restoran negara tetangga telah mendapatkan dukungan langsung dari pemerintah mereka.
"Menjadi mitra co-branding Kemenpar merupakan kerja sama yang saling menguntungkan. Mereka dapat menggunakan kekuatan merek Wonderful Indonesia untuk menaikan nilai merek restoran mereka. Timbal baliknya, mereka akan mempromosikan 10 destinasi prioritas Indonesia melalui berbagai materi branding yang telah disediakan oleh Kemenpar. Dengan demikian akan memancing keinginan warga dunia untuk datang ke Indonesia," terangnya.
Selain itu, kontribusi kuliner tehadap perekonomian Indonesia sangatlah besar. Menurut data terbaru BPS dan Bekraf, PDB ekonomi kreatif (Ekraf) Indonesia 2016 adalah sebesar Rp 923 triliun. Atau sebesar 7,4 persen dari total PDB Indonesia.
"Dari nilai sebesar itu, kontribusi terbesar datang dari sektor kuliner. Di mana kuliner menyumbang sekitar 41 persen atau senilai sekitar Rp 382 triliun. Ini juga celah yang bagus untuk terus kita maksimalkan," ungkapnya.
Tak dapat dipungkiri jika kuliner merupakan unsur penting dari pariwisata. Menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Boyne, Williams, dan Hall yang dimuat dalam Journal of Travel & Tourism Marketing 2002 mengonfirmasi adanya hubungan simbiosis mutualisme antara pariwisata dan kuliner. Mereka menemukan bahwa wisatawan menghabiskan rata-rata hampir 30 persen dari anggaran mereka untuk kebutuhan makanan (kuliner) saat berwisata.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengatakan Kemenpar menetapkan 3 strategi pengembangan wisata kuliner. Yang pertama, menetapkan 5 National Foods yang sudah populer, seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado, yang mana 3 di antaranya sudah dipopulerkan oleh CNN sejak 2011.
Yang kedua, menetapkan destinasi wisata kuliner. Saat ini Bali, Joglosemar, dan Bandung. Saat ini Ubud, Bali sedang didorong untuk menjadi destinasi gastronomi standar UNWTO.
"Yang Ketiga, lewat Co-Branding dengan restoran Indonesia diaspora di mancanegara. Target kita menggandeng 100 restoran diaspora di mancanegara untuk melakukan co-branding Wonderful Indonesia," kata Arief. (mle/egp)
Baca Kelanjutan Kemenpar Akan Gelar Wonderful Indonesia Gastronomy Forum : https://ift.tt/2OXObb8Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemenpar Akan Gelar Wonderful Indonesia Gastronomy Forum"
Post a Comment