Hal tersebut dikarenakan gelombang dari telepon genggam dapat mengganggu alur komunikasi dan navigasi pesawat.
Namun tak banyak yang menyadari bahaya telepon genggam dalam perjalanan udara bisa jadi lebih fatal, daripada gangguan sinyal.
Dikutip dari Travel and Leisure, seorang penumpang kelas bisnis Qantar Airways tak sengaja menjatuhkan ponselnya di antara sela kursi penumpang pada Rabu (26/9) lalu.
Ketika sedang mencoba meraihnya, telepon malah tertekan dan hancur hingga mengeluarkan percikan api dan bau hangus.
Saat itu, perjalanan masih berjarak dua jam dari pendaratan di Melbourne, Australia.
Awak kabin sempat mempertimbangkan untuk melakukan pendaratan darurat di Sydney, namun api akhirnya bisa dipadamkan dengan alat pemadam kebakaran.
Meskipun pesawat sampai tujuan dengan aman, namun insiden tersebut menyadarkan banyak pihak akan masalah keamanan yang sempat luput dari waspada.
Menurut Federal Aviation Administrastion (FAA), ada 46 pembakaran baterai ion litium pada penerbangan di seluruh dunia pada tahun 2017.
Hal tersebut dikarenakan komponen baterai ion litium pada telepon genggam yang dapat cepat panas dan menimbulkan api ketika rusak.
Kini di setiap pengumuman keamanan, maskapai penerbangan menganjurkan penumpang untuk memberitahu awak kabin jika kehilangan ponsel di sela-sela kursi.
Penumpang juga tidak diperbolehkan menyimpan baterai ion litium cadangan di dalam bagasi pesawat. Baterai hanya boleh dibawa dalam bawaan kabin.
Ketika ponsel mulai mengeluarkan percikan api, awak kabin akan memadamkan api dan mengamankan ponsel dalam kotak tahan api sampai pesawat sampai tujuan.
(fey/agr) Baca Kelanjutan Ponsel Berpotensi Menyebabkan Kebakaran di Pesawat : https://ift.tt/2A4nSvBBagikan Berita Ini
0 Response to "Ponsel Berpotensi Menyebabkan Kebakaran di Pesawat"
Post a Comment