Awalnya, Elfi hanya memboyong pulang sepasang anak kucing yang kemudian diberi nama Nelfi dan Chelsea. Kedua anak kucing itu dirawatnya, mulai dari memberinya susu hingga makan.
"Saya sedang di jalan, ketemu anak kucing nangis-nangis, enggak ada ibunya. Tiba-tiba aja hati saya enggak tega," kata Elfi bercerita kepada CNNIndonesia.com dalam rangka memperingati Hari Kucing Internasional atau International Cat Day, Rabu (8/8).
Kejadian di tahun 2008 itu menjadi langkah awal Elfi sebagai ibu asuh untuk lebih dari 100 kucing yang dirawatnya di Rea March--sebuah tempat penampungan kucing--di kawasan Jakarta Timur. Pengalaman Elfi merawat kucing-kucing itu diwarnai jatuh bangun.
Bermula dari Nelfi dan Chelsea yang terus berkembang biak, jumlah kucing Elfi terus bertambah. Ibu tiga anak ini juga kerap menerima kucing-kucing 'buangan'. "Kucingnya makin banyak. Ada yang buang ke rumah juga. Mungkin anak-anak kecil iseng karena tahu saya suka kucing," tutur Elfi.
Seiring berjalannya waktu, Elfi makin sering menyelamatkan anak kucing terlantar yang ditemuinya di jalanan. Kucing malnutrisi, rabies, dan patah tulang adalah sederet kucing yang paling sering diselamatkan Elfi.
Namun, sebelum bergabung menjadi 'anggota keluarga', Elfi biasanya membawa kucing-kucing yang sakit itu berobat. Tak jarang dia mesti merogoh kocek dalam-dalam demi kesehatan si kucing.
Sekali operasi patah tulang pemasangan pen, misalnya, Elfi kudu mengeluarkan duit sebesar Rp3 juta. Ada pula operasi caesar untuk kucing yang melahirkan sebesar Rp2 juta. Belum lagi biaya suntik rabies yang dipatok Rp50.000 dengan dua kali kedatangan.
Merawat kucing memang tak mudah dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain biaya kesehatan, Elfi juga harus mengeluarkan duit sebesar Rp1,67 juta untuk biaya makan kucing-kucing kesayangan di setiap bulan. Ditambah lagi biaya kertas sebagai alas kandang kucing yang menghabiskan kocek Rp480.000 hingga pemakaman kucing yang duitnya mencapai Rp300.000.
Awalnya Elfi beruntung, biaya perawatan kucing ini terbantu oleh sokongan dana dari sang suami. Namun, sejak sang suami meninggal dunia pada 2006 lalu, praktis Elfi mulai kesulitan mencari dana. Tapi, perkara uang tak membuatnya patah arang untuk terus merawat kucing-kucing jalanan itu.
"Saya ibu rumah tangga saja. Semenjak suami saya meninggal, biaya dari anak. Tapi, anak saya kecelakaan awal tahun ini. Saya mulai membuka donasi," kata Eli bercerita.
Jika dana belum mencukupi, tak jarang Elfi mesti berutang dan mencicil biaya pengobatan untuk kucing-kucing yang sakit.
Waktu terus berjalan. Elfi juga harus siap jika si kucing suatu waktu meninggalkannya. Sejak memulai keseriusannya di tahun 2008 lalu, sebanyak 40 kucing pergi meninggalkan Elfi.
Kini, tertinggal sekitar 60 ekor kucing yang hidup bersama Elfi di rumah besarnya di kawasan Kali Sari, Jakarta Timur. Sebanyak tiga ruangan disediakan khusus untuk hewan peliharaan kesayangannya itu. Setiap hari, Elfi memberi makan dan membersihkan kandang seorang diri.
Lucunya, Elfi juga memberi nama setiap kucing-kucingnya dengan panggilan yang unik. Ada yang dinamai Kopassus lantaran badannya yang besar dan ditemukan tak jauh dari markas Kopassus. Ada pula yang diberi nama Peggy karena terinspirasi artis Peggy Melati Sukma.
Untungnya, Elfi tak kesulitan menghapal nama 60 kucing yang kini tinggal bersamanya itu. "Iya, alhamdulillah saya hapal, karena saya sendiri yang merawatnya," kata dia. (asr/chs)
Baca Kelanjutan Cinta Ibu Asuh untuk 100 Kucing di Rumahnya : https://ift.tt/2Ohx2t5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cinta Ibu Asuh untuk 100 Kucing di Rumahnya"
Post a Comment