Setelah ramai dibicarakan karena desainnya yang menggambarkan Indonesia. Kini giliran jaket buatan Never Too Lavish itu jadi perbincangan lantaran desain peta Indonesia yang terbelah di bagian dada Jokowi.
Anak pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dalam unggahannya menanggapi gambar 'Indonesia Terbelah' tersebut. Dalam unggahannya dia mengaku sempat emosi karena gambar tersebut dinilai melecehkan karya anak bangsa.
"Bukan karena orang tua saya dihina tapi karena mereka sudah melecehkan karya anak bangsa. Mereka sudah menghina kerja keras @nevertoolavish. Ini brand lokal lho, kalo bukan kita yg beli/dukung siapa lagi? Ini jaketnya dilukis oleh seniman lokal. Hasil kerja keras dan keringat anak bangsa. Benci boleh. Mau bikin hashtag #2019gantipresiden silahkan. Tapi jangan menghina hasil karya teman saya," tulis Gibran.
[Gambas:Instagram]
Jika Gibran sendiri mengaku emosi dengan adanya komentar 'Indonesia Terbelah,' salah satu pemilik Never Too Lavish Muhammad Haudy mengaku lebih santai melihat hal ini.
"Ya dari kita sih enggak berpikir kalau akan terjadi kaya gini," ucap Haudy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (10/4).
Dia mengungkapkan bahwa desain itu murni dibuat oleh tim seniman di labelnya. Tim yang berisi lima seniman itu diketuai oleh seniman senior Bernhard Suryaningrat.
"Pertama saya tegaskan konsep ini datangnya dari kami. Kami yang mengajukan dan ada filosofinya. Kedua, kami tidak pernah melihat ada potensi untuk 'dinyinyirin' netizen dari peta itu," katanya.
Haudy menjelaskan desain itu menggambarkan Indonesia dengan segala keberagaman yang dimilikinya. Keberagaman itu terlihat dari tulisan 'Indonesia' yang terletak di belakang jaket Jokowi.
Di setiap huruf yang berlatar bendera Merah Putih itu tersemat kebudayaan Indonesia. Mulai dari huruf I yang memperlihatkan tarian saman dari Aceh, huruf N kain sasirangan khas Kalimantan Selatan, huruf D tarian Bali, dan huruf O yang bergambar wayang kulit.
Sedangkan huruf N bergambar barong, huruf E lompat batu dari Nias, huruf S Candi Borobudur, huruf I batik benowo, dan huruf A yang mencerminkan budaya Papua.
Rancangan pada bagian depan, dibuat gambar yang lebih sederhana yakni peta Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan warna merah putih.
Haudy menyebut penentuan posisi peta itu disesuaikan dengan rancangan jaket pada umumnya. Corak pada jaket yang ramai biasanya di letakan di bagian belakang, sedangkan yang lebih sederhana ada di bagian depan.
Menurut Haudy, peta yang terbelah itu tak bisa dihindarkan lantaran fungsi dan kegunaan jaket yang dibuka tutup.
"Kenapa harus di depan? Karena desain yang baik dalam sebuah jaket bobotnya harus lebih banyak di belakang. Peta itu sebenarnya satu kesatuan yang nyambung. Tapi, karena harus dibuka dan dipasang jadi tidak bisa dihindarkan," tutur Haudy.
Haudy meminta masyarakat untuk tak perlu lagi memperdebatkan soal peta yang seolah terbelah itu. Bagi Haudy, lebih baik mencermati seni dan keberagaman Indonesia yang ada di dalam jaket denim Jokowi itu.
Tak Ingin Jaket 'Gratisan'
Haudy menceritakan jaket denim itu berawal dari kedatangan Jokowi saat gelaran Jakarta Sneaker Day awal bulan lalu. Tim Never Too Lavish memanfaatkan kesempatan itu untuk berbincang dengan sang presiden dan menawarkan produk yang dijajakannya secara cuma-cuma khusus untuk Jokowi.
Sayangnya, Jokowi menolak permintaan itu. Alih-alih mendapatkannya secara gratis, Jokowi ingin dibuatkan sebuah jaket yang dirancang khusus dan membelinya seperti pelanggan biasa.
"Saya sempat tanya apakah ada referensi desain, Pak Jokowi bilang tidak ada. Beliau hanya minta dibuatkan yang temanya Indonesia dan mewakili keberagaman Indonesia," ucap Haudy.
Dari permintaan itu, seniman Never Too lavish langsung merancang sebuah konsep dan mengirimkan mockup atau gambaran awal ke Istana untuk meminta persetujuan Jokowi.
Rancangan itu langsung disetujui Jokowi. Tak butuh waktu lama, para seniman langsung menggoreskan kuas ke jaket denim untuk membuat rancangan spesial itu. Lukisan tangan dengan cat khusus itu dibuat dari beragam warna dengan menggunakan teknik gradasi, campuran dan beberapa teknik lainnya agar warna tak luntur.
"Normalnya, kami untuk satu pesanan itu empat minggu. Ini karena untuk Presiden kami kerjakan 10 hari saja. Harganya biasa saya jual Rp3,5 juta sampai Rp5,5 juta, untuk pak Jokowi saya kasih Rp4 juta sudah ditransfer," ungkap Haudy.
Haudy menyebut Jokowi puas dan senang dengan rancangan jaket itu. Haudy kini tengah menunggu undangan Jokowi yang ingin mengajak timnya untuk bertemu.
Menunggu izin Jokowi
Berkat dipakai Jokowi, tak dimungkiri kalau jaketnya kini jadi incaran banyak orang.
Haudy mengaku pelanggannya kian bertambah. Banyak dari mereka bahkan meminta desain yang serupa dengan yang dikenakan Presiden Jokowi.
Hanya saja, Haudy mengaku belum bisa memenuhi keinginan itu lantaran masih menunggu izin Jokowi. Menurut Haudy, rancangan itu eksklusif dibuat untuk Jokowi.
"Selama ini kami membuat desain selalu eksklusif untuk satu orang. Kalau yang dibedakan desainnya, kami masih bisa buat. Tapi desain khusus pak Jokowi saya enggak tahu bisa dibuat lagi atau tidak, sedang dikomunikasikan dan menunggu izin Pak Jokowi," kata Haudy.
Saat ini, Haudy tengah berkomunikasi dengan tim kepresidenan mengenai kelanjutan desain tersebut. Jika diizinkan, bukan tak mungkin desain itu diproduksi dalam jumlah masal.
"Saya belum tahu apakah mengarah ke sana atau tidak, yang pasti harus bermanfaat," ujar Haudy. (chs)
Baca Kelanjutan Viral Indonesia Terbelah, Pembuat Jaket Denim Jokowi Bersuara : https://ift.tt/2Ha7UViBagikan Berita Ini
0 Response to "Viral Indonesia Terbelah, Pembuat Jaket Denim Jokowi Bersuara"
Post a Comment