Search

'Sahabat Anak' Ajak Publik Kritis akan Fenomena Anak Jalanan

Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat perkotaan sudah tak asing dengan kemunculan anak-anak yang mengamen, meminta-minta atau sekadar menjajakan tisu di tempat umum. Mereka kerap disebut sebagai anak jalanan. Rasa iba kadang membuat sebagian orang tergerak untuk memberikan uang seadanya.

Akan tetapi direktur operasional Yayasan Sahabat Anak, Frisca Hutagalung justru mengajak masyarakat untuk peduli tanpa memberikan mereka uang.

"Bukan berarti enggak ngasih itu enggak peduli," kata Frisca saat ditemui usai gelaran Ismaya Group di Publik Markette, Grand Indonesia, Rabu (18/4).

Yayasan Sahabat Anak merupakan lembaga perlindungan anak yang digerakkan oleh para sukarelawan. Lembaga ini bergerak demi pemenuhan hak-hak anak jalanan dengan pembinaan, pendidikan, kesehatan serta advokasi identitas.


Menurut Frisca, fenomena anak jalanan tak lepas dari krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997. Kala itu banyak perusahaan terpaksa merumahkan karyawannya. Padahal mereka jadi tulang punggung keluarga. Biasanya, lanjut Frisca, para istri karyawan hanyalah ibu rumah tangga. Hal ini pun berimbas pada anak-anak mereka. Anak terpaksa putus sekolah demi memastikan kebutuhan perut terpenuhi dan tidak diusir dari kontrakan.

Ia yang tergabung dalam yayasan sejak 1997 mengamati fenomena anak jalanan tak hanya perkara ekonomi semata. Justru orang tua dan masyarakat secara tidak sadar 'mengawetkan' fenomena ini.

Anak jalanan, lanjut dia, mudah mendapatkan uang koin atau uang receh. Nilainya kecil tapi mereka dengan mudah mendapatkan koin demi koin dari banyak orang. Bila satu orang memberikan Rp500, maka Rp5ribu sudah terkumpul saat 10 orang memberikan uang dengan jumlah serupa.

"Ini seperti manifestasi kebodohan yang dilestarikan orang tua. Orang tua makin malas. Mereka tinggal duduk lalu anak memberikan setoran. Mereka enggak memotivasi anak untuk sekolah," ujar Frisca.


Di sisi lain masyarakat juga melakukan hal serupa. Ia mengambil contoh kemunculan anak-anak yang menawarkan jasa ojek payung. Anak-anak ini terus datang menjajakan jasa karena mendapat uang. Namun, Frisca khawatir mereka tidak mendapat pendampingan orang dewasa untuk mengelola penghasilan.

Uang yang mereka dapat, kata Frisca, bisa saja digunakan untuk hal-hal yang cenderung negatif. Ia meyakini dengan berhenti memberikan uang pada anak jalanan dapat menjauhkan mereka dari risiko kekerasan.

"Ojek payung mungkin terbilang singkat untuk membangun engagement, tapi dengan bertanya 'Adik tidak sekolah?' atau bertanya hal-hal kecil lain akan menyentuh mereka," tambahnya.

Membangun kesadaran 

Persoalan yang dialami anak jalanan lebih dari sekadar tak memiliki uang kemudian mengamen atau meminta-minta. Lebih dalam ternyata mereka mengalami ketidakpercayaan diri.

Anak-anak ini, kata Frisca, menutupi rasa tidak percaya diri mereka dengan bersikap kasar. Dari sini 'image' mereka tak begitu baik di masyarakat.

"Mereka ini kalau bertemu dengan yang kira-kira sebaya kemudian berpikir gue anak jalanan tapi gue enggak boleh kecil di depan mereka," ujar Frisca.

Anak-anak jalanan yang putus sekolahjuga akibat rasa tidak percaya diri. Frisca bercerita bahwa anak-anak ini diejek teman-teman sekolahnya karena ketahuan mengamen saat di luar jam sekolah.


Yayasan Sahabat Anak ingin anak-anak jalanan menemukan bahwa mereka juga manusia seperti anak-anak lain. Lembaga ini ingin menumbuhkan rasa berharga dalam diri anak-anak jalanan sebab mereka juga makhluk ciptaan Tuhan.

Hal inilah yang selalu ditanamkan yayasan lewat 8 tempat bimbingan belajar (bimbel) dan 3 sekolah nonformal miliknya. 8 bimbel berlokasi di Grogol, Manggarai, Cijantung, Tanah Abang, Gambir, Cakung Barat, Kota Tua dan Bojong Indah. Sedangkan sekolah nonformal ditujukan bagi mereka yang putus sekolah dan berusia 10-18 tahun. Sekolah nonformal yang disebut Pusat Kegiatan Anak (PKA) berlokasi di Manggarai dan dua buah PAUD di Grogol dan Cijantung.

"Kami ingin mereka yang putus sekolah dapat kembali bersekolah. Yang sudah sekolah ya tetap bertahan (di sekolah). Sedangkan mereka yang putus sekolah, kami berikan bekal untuk mendapat ijazah Kejar Paket," kata Frisca. (rah)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan 'Sahabat Anak' Ajak Publik Kritis akan Fenomena Anak Jalanan : https://ift.tt/2qJrgXH

Bagikan Berita Ini

0 Response to "'Sahabat Anak' Ajak Publik Kritis akan Fenomena Anak Jalanan"

Post a Comment

Powered by Blogger.