Ma sudah seharusnya berbahagia karena dianggap sukses sebagai pengusaha yang punya banyak uang dan juga bisa mempekerjakan banyak orang. Ma, memang bahagia, tapi hanya bahagia saja.
Jack Ma mungkin lebih bahagia ketika dia bisa menghasilkan sedikit uang setelah kuliah.
Setelah lulus tahun 1988, dia bekerja sebagai seorang guru bahasa Inggris di universitas lokal di kampung halamannya, Hangzhou, China. Berdasarkan dokumenter tentang hidupnya Crocodile in the Yangtze, gajinya sebagai guru hanya US$12 (Rp161 ribu) per bulan.
Mengutip Independent, saat menjadi pembicara di acara makan siang bersama Economics Club New York, Ma mengungkapkan bahwa masa-masa itu adalah 'kehidupan terbaik yang pernah dialaminya.'
Dia mengungkapkan bahwa ketika tak punya banyak uang, dia tahu bagaimana cara untuk memakainya. Namun ketika menjadi seorang miliuner, dia memiliki sangat banyak tanggung jawab.
"Jika memiliki (uang) kurang dari US$1 juta (Rp13,4 miliar), Anda tahu bagaimana cara menghabiskannya," kata dia.
"(Ketika punya) US$1 miliar (Rp13 triliun), itu bukan uang Anda. Uang yang saya punya sekarang adalah tanggung jawab saya. Itu adalah kepercayaan orang pada saya."
Ma menambahkan bahwa dia merasa harus untuk menggunakan uangnya 'atas nama masyarakat.'
"Saya akan menggunakannya dengan cara kami (masyarakat). Ini adalah kepercayaan."
Ini bukan pertama kalinya Ma bicara soal hambatan dan kesulitan jadi miliuner. Sebelumnya saat bicara di panel Clinton Global Initiative di New York, dia mengungkapkan bahwa kehidupannya sebagai guru adalah masa-masa yang fantastis.
Ma mengatakan bahwa orang yang punya uang US$1 juta (13 miliar) adalah orang yang beruntung, namun ketika punya uang US$10 miliar, maka Anda akan terjebak dalam masalah.
"Namun sejujurnya, saya pikir ketika orang berpikir terlalu tinggi tentang Anda, Anda punya tanggung jawab untuk tenang dan menjadi diri sendiri." (chs)
Baca Kelanjutan Pria Terkaya China Ternyata Lebih Bahagia Saat Masih 'Miskin' : http://ift.tt/2CtM1L0Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pria Terkaya China Ternyata Lebih Bahagia Saat Masih 'Miskin'"
Post a Comment