
Awalnya, dia sempat mengambil kuliah jurusan Arsitektur di Bandung selama dua tahun namun merasa tak cocok. Anton pun kembali ke Semarang dan mengambil Teknologi Pangan yang lebih diminati.
Merasa bersalah telah 'menghabiskan' duit orang tua selama 2 tahun di Bandung, Anton memutuskan berjualan susu agar bisa membiayai kuliahnya sendiri. Tidak lama kemudian, Anton pun mulai coba-coba masuk ke bisnis kuliner dengan berjualan ayam geprek dengan membuka gerai pertamanya.
Meningkatnya omzet penjualan ayam geprek miliknya, diawali dengan perkenalan pemuda itu dengan penawaran Gojek melalui Go-Food. Usai bergabung selama 2 bulan, penjualan ayam gepreknya meningkat hingga tiga kali lipat di atas rata-rata penjualan sebelum masuk Go-Food.
"Saya pikir teknologi (Go-Food) sangat membantu perkembangan bisnis saya. Karena jangkauan usaha saya menjadi lebih luas dan lebih mudah mendapat konsumen baru. Konsumen yang dulu lokasinya jauh jadi bisa beli," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (28/3).
Terlebih lagi Anton, yang kini memiliki tujuh gerai ayam geprek, mengatakan dari sisi peningkatan penghasilan sangat signifikan karena menurutnya gaya hidup konsumen saat ini mulai banyak yang butuh food delivery.
"Selain peningkatan penjualan, Go-Food juga banyak sekali membantu mulai dari akuntansi, penjualan, food delivery, logistik, semuanya sekarang sudah sangat terbantu dengan teknologi melalui Go-Food," katanya.
Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2018 menyebutkan bahwa Go-Food menyumbang sebesar Rp18 Triliun melalui omset Mitra UMKM. Dari riset yang sama, ditemukan juga sebesar 93% mitra UMKM GO-FOOD mengalami peningkatan volume transaksi, yang diperkirakan dapat memicu mereka untuk terus mengembangkan bisnis. (asa)
Baca Kelanjutan Go-Food Bawa Anak Muda 'Merajai' Ayam Geprek di Semarang : https://ift.tt/2FBCkwRBagikan Berita Ini
0 Response to "Go-Food Bawa Anak Muda 'Merajai' Ayam Geprek di Semarang"
Post a Comment