Potongan lagu 'Oplosan' yang dipopulerkan pedangdut Wiwik Sagita itu bisa jadi memberikan label negatif terhadap minuman oplosan. Ini gara-gara banyak kasus orang tewas setelah menenggak minuman dengan kadar alkohol yang tak terkendali.
Untuk sebagian daerah, minuman fermentasi tradisional pun mengandung alkohol. Ini macam Ciu hingga Congyang.
Tetapi, tak semua minuman 'oplosan' bermasalah, selama alkohol dapat dikendalikan. Pakar neurosains Ryu Hasan mengatakan secara umum alkohol adalah bahan obat. Jadi diperlukan, maka baru dipakai.
"Alkohol ini, kita enggak minum ini juga enggak mati. Tapi suatu saat butuh misal saat sakit. Alkohol, seperti halnya morfin, nikotin, bisa menyelamatkan nyawa jika dikonsumsi dalam batas manfaat," kata Ryu saat dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Yang dimaksud dengan dosis manfaat adalah dosis dalam ukuran tertentu sehingga bahan memberikan manfaat ke tubuh. Untuk alkohol, dosis manfaat 3-4 IU (international unit) per hari.
Misalnya alkohol 100 persen artinya dosis manfaatnya adalah 20-30 cc, sedangkan untuk alkohol 30 persen, bisa 60-90 cc per hari. Saat alkohol diberi label 'bahan obat' maka tentu ia memiliki manfaat. Saat udara dingin, alkohol mampu memberikan sensasi hangat atau vasodilatasi.
"Sensasinya mirip dengan efek kerokan. Alkohol memberikan perasaan hangat, vaskularisasi, aliran darah ke bagian-bagian tubuh lebih bagus," kata Ryu.
Saat konsumsi berlebihan, alkohol bisa bersifat racun. Terjadi proses intoksikasi atau yang biasa disebut mabuk dengan gejala pusing, mual bahkan tak sadarkan diri.
Tak hanya menyorot alkohol, saat membahas minuman fermentasi perlu pula diperhatikan komponen lain. Ryu mengatakan ini berhubungan dengan bahan utamanya. Namun yang paling penting, jenis alkohol yang layak dikonsumsi adalah etanol.
Sedangkan gliserol, propanol dan metanol, bersifat racun buat saraf atau neurotoksik.
Menjaga Hati
Dari sisi kesehatan organ hati atau liver, konsumsi minuman beralkohol sebaiknya dipertimbangkan lagi. Rino Ghani, dokter ahli penyakit dalam menyebut alkohol bisa menimbulkan kerusakan liver.
"Saat masuk ke tubuh, alkohol akan menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi, sehingga orang enggak mau makan dan terjadi malnutrisi. Alkohol juga bisa menyebabkan pengeluaran radikal bebas di organ hati sehingga bisa merusak (organ)," kata Rino, Selasa (12/3).
Batasan konsumsi alkohol pun perlu dicermati lagi karena toleransi alkohol tiap orang berbeda. Dalam seminggu, maksimal konsumsi alkohol sebanyak 50 gram.
Caranya adalah mengecek terlebih dahulu cek kandungan alkohol pada kemasan. Pada bir, misalnya 4 persen untuk 500 cc, artinya dalam sebotol sudah mengandung 20 gram alkohol.
Jadi maksimal konsumsi bir dalam seminggu cukup dua botol. Untuk whisky atau vodka, jumlahnya pun disarankan semakin minim karena kadar alkohol yang lebih tinggi.
Rino pun menyarankan untuk mereka yang rutin mengonsumsi alkohol sebaiknya mengecek kondisi livernya.
"Masalahnya, kalau hati rusak pasien enggak merasakan apa-apa. Orang akan terasa terjadi masalah saat sudah parah. Yang jelas, kalau sudah ada kerusakan hati, sebaiknya alkohol disetop," kata dia. (els/asa)
Baca Kelanjutan Cara Minum 'Banyu Setan' agar Tak Mematikan : https://ift.tt/2EY6wC1Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cara Minum 'Banyu Setan' agar Tak Mematikan"
Post a Comment