
Salah satunya adalah soal sampah plastik
"Kami tidak mau melihat generasi Indonesia selanjutnya menjadi generasi kuntet hanya karena pemerintah salah membuat kebijakan hari ini terkait plastic debris," tulisnya di akun Facebook pribadinya hari ini (29/1).
Kuntet atau bertubuh pendek mengacu pada stunting. Anak yang mengalami kekurangan gizi dapat mengakibatkan pertumbuhan badan terhambat.
Meski dalam laporan Riskesdas terkini data penderita stunting menurun dari 37,2 persen menjadi 30,8 persen, angka ini masih jauh dari angka yang ditetapkan WHO yakni 20 persen.
Pencegahan stunting diupayakan lewat pola asuh, pola makan, aktivitas fisik serta sanitasi bersih. Persoalan sanitasi berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan.
"Yang harus dilihat adalah bagaimana ketahanan pangan nasional dengan menjamin kebutuhan nutrisi masyarakat," tulis Luhut.
Luhut mengatakan para peserta forum menanggapi positif bahkan ada tawaran kerjasama untuk mengadakan lokakarya di Jakarta pada Maret mendatang.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi sebelumnya mengatakan stunting juga menyimpan ancaman bagi masa depan anak. Stunting, kata Oscar, bisa berujung pada peningkatan risiko penyakit tidak menular (PTM), kekebalan tubuh menurun, kemampuan kognitif yang rendah, serta ancaman rendahnya produktivitas ekonomi.
"Pencegahan stunting diupayakan lewat pola asuh, pola makan, sanitasi bersih dan aktivitas fisik," imbuhnya.
Kementerian Kesehatan mencatat faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadinya infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.
Selain itu, ada pula rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat memengaruhi pertumbuhan anak. (els/asa)
Baca Kelanjutan Luhut Tak Ingin Generasi Kuntet Gara-gara Sampah Plastik : http://bit.ly/2UnmZFKBagikan Berita Ini
0 Response to "Luhut Tak Ingin Generasi Kuntet Gara-gara Sampah Plastik"
Post a Comment