Pameran seni dan kerajinan turut melengkapi acara yang digelar sejak 8-14 Oktober ini, salah satunya dengan kehadiran Indonesia Pavilion yang merupakan pameran seni dan kerajinan Indonesia untuk para tamu undangan.
Terletak di sebelah pintu masuk The Westin Resort, yang menjadi tempat utama penyelenggaraan pertemuan IMF-WB, Indonesia Pavilion akan langsung menyapa para pengunjung dengan lukisan-lukisan yang menggambarkan budaya Tanah Air.
Begitu memasuki ruang tengah, ada berbagai kerajinan tangan yang ditampilkan, seperti patung, wayang, hingga kain-kain asal Nusantara, seperti batik. Menariknya, tak hanya memajang kain, namun ada pula para pembatik yang siap memperagakan, memberi pengetahuan, hingga pengalaman membatik.
Yuli Fitriani (20), salah satu pembatik asal Kota Bandung, Jawa Barat mengaku sengaja didatangkan pihak panitia acara pertemuan IMF-WB 2018 untuk memberikan pengalaman membatik kepada para tamu.
"Agar para tamu undangan bisa lebih mengenal batik dan menjajal sendiri bagaimana caranya membatik, apalagi para tamu kebanyakan berasal dari luar negeri. Mereka kan tidak akrab dengan budaya Indonesia," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (11/10).
Ia bilang batik yang dibawa kali ini merupakan batik bercorak kisah Sangkuriang asal Jawa Barat. Seperti kebanyakan batik asal bumi Parahyangan, maka corak yang dihadirkan dalam batik ini memiliki motif dengan ukuran yang besar.
"Nantinya kalau diberi warna, batik asal Jawa Barat sering menggunakan warna terang, seperti biru dan merah," ucapnya.
Sementara untuk proses belajar batik, ia bilang sejatinya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika sedang membatik. Pertama, posisi badan harus duduk menyamping. Hal ini agar badan pembatik tidak mudah terasa pegal.
Kedua, harus menggunakan alas agar 'malam', cairan berbahan alami yang digunakan untuk menghias kain menjadi batik tidak mengotori pakaian sang pembatik. Ketiga, penggunaan canting harus tegak. Canting merupakan alat berbentuk pipa yang digunakan untuk mengambil 'malam' dan membubuhkannya ke kain.
Keempat, pembatik harus menggunakan telapak tangan untuk mewadahi sudut kain yang akan dihias. Hal ini agar kain terbentang sempurna dan cairan yang dibubuhkan tidak mudah bergeser.
Kelima, mengatur napas. "Pengaturan napas penting karena orang yang pertama kali membatik biasanya sering tremor, sehingga untuk menghindari pengerjaan yang berantakan, atur napas perlu dilakukan," jelasnya.
Untuk mendapatkan pengalaman membatik secara langsung, ia bilang pengunjung tinggal mendatangi area Indonesia Pavilion yang beroperasi sejak pukul 09.00-18.00 Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA).
Paviliun Indonesia sendiri bukan hanya menghadirkan berbagai seni dan budaya Tanah Air, tapi pengunjung juga bisa melihat daftar proyek yang ditawarkan pemerintah untuk investor yang hadir dalam gelaran IMF-WB.
Pemerintah juga memamerkan beberapa proyek infrastruktur di Indonesia, seperti jalan tol. Tak ketinggalan, pengunjung juga bisa melihat beragam transportasi yang diproduksi langsung di Indonesia, seperti kereta api yang dibuat oleh PT INKA (Persero).
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang CAPEX dan CSR Judith J Dipodiputro mengatakan Indonesia merupakan negara pertama yang memiliki sebuah tempat untuk memamerkan kebudayaan dalam negeri dalam gelaran IMF-WB.
"Ini bersejarah, tapi kemudian kenapa karena Indonesia dalam tiga sampai empat tahun terakhir kan banyak melakukan pembangunan luar biasa," ujar Judith.
(aud/vws)
Baca Kelanjutan Tamu IMF-World Bank Belajar Membatik di Paviliun Indonesia : https://ift.tt/2QIc07YBagikan Berita Ini
0 Response to "Tamu IMF-World Bank Belajar Membatik di Paviliun Indonesia"
Post a Comment