Kali ini, Chanel mengusung tema Pantai Sylt di perbatasan Jerman dan Denmark untuk koleksi musim semi 2019. Secara kebetulan, Sylt merupakan anagram dari 'styl', yang bunyinya nyaris seperti 'style', mantra yang disebut Coco Chanel lebih penting daripada 'fashion'.
Pondok-pondok kecil beratap rumbia berdiri di kedua ujung pantai dengan 240 ton pasir putih yang diangkut dari Normandi. Itu diawasi oleh model Baptiste Giabiconi dan Brad Kroenig yang bertugas sebagai penjaga pantai.
Latar belakang yang sangat besar menggambarkan samudera yang sempurna. Lengkap dengan ombak kecil yang menerjang pantai.
Di balik semua hoopla yang terjadi, Chanel memperlihatkan kelebihannya dengan tampilan yang tak pernah berubah secara signifikan dari musim ke musim, tahun ke tahun. Konsistensi koleksi adalah kekuatannya.
Peragaan koleksi Chanel musim semi 2019. (REUTERS/Stephane Mahe)
|
Siluet dari jaket tanpa kerah yang menjadi signature dimodifikasi agar tetap terlihat up-to-date. Meski demikian, palet warna berubah-ubah.
Di musim lalu, Chanel membangun hutan musim gugur sebagai set latar belakang. Koleksinya berwarna gelap netral dan cenderung sendu. Kali ini, palet didominasi oleh warna-warna pastel.
Ada jaket-jaket longgar dan tampilan jaket bisbol. Ada cetakan nanas dan tas jerami berbentuk kotak yang bisa dipakai sebagai keranjang piknik.
Tak cuma itu, ada pula sederet gaun. Mulai dari gaun berenda dan celana panjang yang muncul dengan warna washed denim, gaun ringan berkibar tertiup angin, gaun baby-doll hitam yang dipasangkan dengan celana pendek.
Santai, fleksibel, dan seakan mengingatkan bahwa beberapa tempat di dunia masih berada di musim panas.
Peragaan koleksi Chanel musim semi 2019. (REUTERS/Stephane Mahe)
|
Model-model muncul dan berlenggang di sepanjang pantai. Mereka berjalan tanpa alas kaki, beberapa menuruni pantai untuk menceburkan kaki dengan pakaian Chanel mereka.
Tak lupa, mereka juga mengenakan topi jerami dengan pinggiran lebar dan menenteng sepatu, seolah-olah baru saja merampungkan sesi makan siangnya di tepi pantai dan memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan.
Apa yang menempel di tubuh mereka tak berlebihan, meski beberapa sepatu yang dibawa mungkin lebih cocok untuk acara malam hari. Pesannya adalah bahwa Chanel dapat menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih informal dan santai.
Chanel mungkin mahal, tapi tak seharusnya diperlakukan sebagai perhiasan yang ringkih. Sebagaimana filosofi awal Mademoiselle Chanel, yang terinspirasi dari kehidupan nyata para perempuan mandiri yang bekerja, berlibur, dan tahu bagaimana caranya menikmati hidup.
Ini adalah koleksi Chanel yang cantik. Tak banyak hiasan rumit.
Yang terbaru adalah dua tas bahu (yang tidak dijual terpisah), di mana kedua rantai dari masing-masing tas terkait di bagian depan bak dua huruf C yang menjadi lambang Chanel.
Tak ada pula yang terlalu tegang ataupun tegas. Namun, di saat yang sama, 'aroma' Chanel masih kentara. Yang berubah hanya latar dan basis pelanggan yang lebih luas.
Peragaan koleksi Chanel musim semi 2019. (REUTERS/Stephane Mahe)
|
Mereka adalah pelanggan dengan hidup yang bervariasi dan dinamis. Mulai dari putri raja Timur Tengah, Boss Lady yang berkeliling dunia, bintang-bintang Hollywood, hingga Crazy Rich Asian dalam balutan Chanel yang dibuntuti oleh sejumlah fotografer.
Para penggemar ini mengilustrasikan bagaimana Chanel dapat disesuaikan dalam begitu banyak kehidupan perempuan yang beragam. Chanel bisa menjadi apa pun yang Anda butuhkan. (asr/chs)
Baca Kelanjutan 'Mantra Gaya' Chanel di Tepi Pantai Sylt : https://ift.tt/2IB3l4BBagikan Berita Ini
0 Response to "'Mantra Gaya' Chanel di Tepi Pantai Sylt"
Post a Comment