
Tapi, fakta tak berkata demikian. Tengok saja Tri Eklas Tesa Sampurno, salah satu orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Virus mematikan yang ada di dalam tubuh tak membuatnya patah arang untuk tetap aktif berkegiatan.
"Banyak yang memandang ODHA tidak berdaya. Padahal justru sebaliknya," ujar pria yang akrab disapa Tesa itu dalam konferensi pers kampanye #SayaBerani2018 di Jakarta, Kamis (20/9).
Selain mengisi kesibukan dengan menjadi relawan di organisasi Rumah Cemara, Tesa juga gigih berlatih sepak bola. "Saya senang bermain bola," katanya.
Tak tanggung-tanggung, minatnya pada sepak bola ini membawa timnas Indonesia menduduki peringkat 5 dari 48 negara dalam ajang Homeless World Cup pada 2017 lalu.
Hal itu menjadi bukti bahwa ODHA tak hanya berdiam diri. Sama seperti orang-orang pada umumnya, mereka disibukkan dengan kegiatan masing-masing, termasuk olahraga.
Kini, Tesa bersama tiga ODHA lainnya--Eva, Davi, dan Fikran--mengikuti ajang lari dalam Jakarta Marathon 2018 yang bakal berlangsung pada 28 Oktober mendatang. Hal ini mereka lakukan untuk menangkis berbagai stigma terhadap ODHA.
Memang, awalnya Tesa merasa ragu untuk bisa mengikuti ajang tersebut. Namun, berkat dukungan pelatih, Tesa terus gigih berlatih.
"Kata coach Andri, fisik itu hanya memegang peran sebesar 10 persen, sisanya ada di mental. Jadi, saya meyakinkan diri bahwa saya bisa," kata Tesa.
Andri Yanto, selaku penggiat dan pelatih maraton, mengaku tak mendapati kesulitan berarti saat melatih keempat ODHA itu. "Pada dasarnya, ODHA dan orang normal sama saja, tak ada yang membedakan," kata dia.
Contohnya saja Tesa. Beberapa pekan lalu, kata Andri, Tesa berhasil berlari sepanjang 10 kilometer dalam waktu 47 menit saja. "Orang sehat saja belum tentu bisa begitu," pungkas dia. (fey/asr)
Baca Kelanjutan Lawan Stigma ODHA dengan Maraton : https://ift.tt/2NseeePBagikan Berita Ini
0 Response to "Lawan Stigma ODHA dengan Maraton"
Post a Comment