
Tengok saja Vina Rosalina dan Pungki Wulandari, dua siswa SMP di wilayah Kabupaten Wonogiri. Siswa kelas VIII ini masih getol mengikuti kegiatan Pramuka di sekolahnya. Bagi mereka, kegiatan Pramuka itu menyenangkan lantaran jadi ajang berkumpul dan bermain bersama teman-teman sebaya.
Tak cuma bersenang-senang, keduanya juga menganggap bahwa Pramuka memberinya pelajaran baru yang belum diketahuinya.
"Pramuka juga mengajarkan kami untuk hidup mandiri," ujar Vina saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Selasa (14/8).
Selayaknya anggota Pramuka lainnya, Vina dan Pungki kerap mengikuti kegiatan berkemah. Meski harus tidur di tenda dan jauh dari empuknya kasur, keduanya kompak mengakui kalau justru kegiatan berkemah adalah yang paling seru dan ditunggu.
"Saat berkemah, saya dapat merasakan hidup mandiri bersama teman-teman. Saya juga dapat bermain permainan seru di perkemahan," ujar Pungki.
Adanya nilai-nilai positif dari kegiatan Pramuka membuat Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti berpendapat bahwa Pramuka masih relevan hingga kini.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kegiatan Pramuka sebagai kegiatan wajib di sekolah. Jadi, suka tak suka, kata Retno, peserta didik wajib turut serta.
"(Namun) yang perlu dikritisi sistem pengajarannya, harus mengikuti perubahan. Prinsipnya jangan karena Pramuka itu ekstrakurikuler wajib, kemudian pembelajarannya menjenuhkan," kata Retno kepada CNNIndonesia.com.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas Pramuka yang tak tergantikan hingga kini. Sebut saja materi soal sandi-sandi, tali temali, hingga semaphore. Menurut Retno, materi-materi itu perlu dikemas lebih menarik dengan memanfaatkan teknologi sehingga dekat dengan keseharian anak-anak.
Lebih jauh, Retno menilai perlu adanya kegiatan yang mengasah kreativitas agar anak-anak tak melulu diajarkan soal baris-berbaris dan diajak bernyanyi bersama.
"Misalnya jurit malam. Kan, permainan (jurit malam) tak harus malam hari, ditakut-takuti, dibentak," kata dia.
Yang jelas, lanjut Retno, permainan yang dilakukan berkelompok adalah pilihan yang baik. Pasalnya, permainan ini mampu memupuk kerja sama dan sportivitas sehingga anak tidak rentan melakukan perundungan atau bullying. Semangat ini biasanya dituangkan dalam permainan luar ruangan atau outbond.
"Saya rasa kegiatan outbond selain Pramuka juga ada. Tapi di Pramuka yang membedakan adalah nilai-nilai Dasa Dharma. Pramuka sejati itu tidak mengejek, bully, tidak melakukan kekerasan, memberi penghargaan, tolong-menolong, bedanya itu," pungkas Retno. (asr/chs)
Baca Kelanjutan Pramuka, Latihan Memupuk Kemandirian dan Kerja Sama : https://ift.tt/2vGaGuoBagikan Berita Ini
0 Response to "Pramuka, Latihan Memupuk Kemandirian dan Kerja Sama"
Post a Comment