
Jelas Mariana merasa bersalah. Bagaimana tidak? Buah hatinya yang baru berusia tiga bulan tertimpa reruntuhan tepat di hadapannya.
Sesaat sebelum gempa, Mariana tidur bersama sang anak. Saat gempa berkekuatan 7 SR mengguncang Lombok pada Minggu (5/10), dia lantas terbangun dan langsung menggendong sang anak keluar kamar. Namun, dia terjatuh. Alhasil, anak kesayangannya terlepas dari gendongan dan tertimpa reruntuhan.
Mariana dibayangi rasa bersalah lantaran tak bisa melindungi sang anak.
"Jangan sampai Mariana berlarut-larut karena musibah itu. Ini tidak baik buat kesehatannya," ujar salah satu relawan dari PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Franky Rumondor, melansir ANTARA, Senin (13/8).
Franky menekankan pentingnya pemulihan trauma. Pasalnya, gempa bisa memengaruhi kondisi fisik pasien yang berujung pada penyakit.
"Selain pengobatan fisik, motivasi perlu diberikan untuk membangkitkan semangat pasien. Karena jika mereka dibiarkan dalam keadaan trauma akan berbahaya," kata Franky.
Namun, Mariana mungkin cuma salah satu dari sederet warga terdampak gempa lainnya yang mengalami trauma. Berdasarkan laporan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, korban luka masih enggan dirawat di dalam gedung pelayanan kesehatan. Mereka memilih untuk dirawat di dalam tenda.
Kemenkes menyebut, kelompok masyarakat rentan terdiri dari ibu hamil sebanyak 59.063 jiwa, bayi sebanyak 72.582 jiwa, balita sebanyak 213.724 jiwa, dan lansia sebanyak 304.526 jiwa.
Selain luka fisik akibat gempa, korban juga mengalami penyakit-penyakit seperti sakit kepala tegang, gastritis atau radang lambung, nyeri sendi, ISPA, hipertensi serta penyakit kulit. (asr/chs)
Baca Kelanjutan Bayang-bayang Trauma Mengintai Korban Gempa Lombok : https://ift.tt/2Mfb65hBagikan Berita Ini
0 Response to "Bayang-bayang Trauma Mengintai Korban Gempa Lombok"
Post a Comment