![](https://awsimages.detik.net.id/visual/2017/09/01/0ccddd30-337e-4d2c-a721-835aefe99154_169.jpg?w=650)
Kabid Teknis Konservasi BBTNGL, Adi Nurul Hadi menyatakan pengurangan interaksi tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan kelestarian.
"Interaksi yang terlalu banyak dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hewan yang dilindungi tersebut," kata Hadi, seperti yang dikutip dari Antara pada Kamis (12/7).Selain interaksi, wisatawan juga diharapkan tidak memberikan makanan bagi orangutan untuk mengurangi ketergantungan hewan tersebut dalam mendapatkan makanan.
Ditambah kemungkinan makanan yang diberikan wisatawan tidak sesuai bagi kesehatan orangutan.
Di Bukit Lawang, kata Hadi, terdapat dua kelompok orangutan yakni kelompok liar yang lahir dan besar di hutan, serta kelompok rehabilitasi yang dirawat BBTNGL.
Setelah selesai rehabilitasi, instansi yang dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut tidak lagi menyuplai makanan bagi orangutan di kawasan Bukit Lawang dan menerapkan program agar hewan itu membiasakan diri hidup mandiri dalam hutan.
Karena itu, pihaknya mengingatkan wisatawan untuk mengurangi interaksi dengan orangutan demi mendukung pelestarian hewan tersebut.
Kabid Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 3 Stabat, Ruswanto mengatakan perlindungan terhadap orangutan cukup besar karena hewan itu termasuk "hewan seksi" dan selalu menjadi perhatian dunia jika ditemukan mati.
"Pengalaman saya di Kalimantan, orangutan yang mati lebih diperhatikan dibandingkan pekerja sawit yang mati," ujar Hadi.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah 5 Bahorok, Palber Turnip mengatakan perlindungan terhadap orangutan karena jumlahnya minim secara alami.
Hal itu karena secara biologis, orangutan betina yang menjadi induk menghentikan sementara proses reproduksinya jika telah melahirkan hingga anaknya berusia enam tahun.
"Selama itu, induknya menghilangkan hasrat untuk bereproduksi," kata Palber.
Direktur Yayasan Orangutan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) Panut Hadisiswoyo mengatakan, tingkat kematian anak orangutan di daerah rehabilitasi yang digabungkan dengan lokasi wisata cukup tinggi.
Karena itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi bagi pemandu wisata agar tidak membawa wisatawan yang dipandunya untuk melakukan interaksi dengan orangutan seperti memeluk atau memberi makan.
"Namun masih ada saja pemandu wisata yang nakal," ujar Panut.
(ard)
Baca Kelanjutan Wisatawan Diminta Batasi Interaksi dengan Orangutan : https://ift.tt/2L2QjjLBagikan Berita Ini
0 Response to "Wisatawan Diminta Batasi Interaksi dengan Orangutan"
Post a Comment