
Tapi hari itu ia mendapat "kejutan" dari salah satu tamunya. Saat membersihkan meja, Yuki mendapati tamunya meninggalkan origami dari kertas pembungkus sumpit.
Sejak saat itu ia selalu mengamati meja yang dibersihkannya. Ternyata banyak juga tamu yang meninggalkan origami di meja. Yuki menganggap seni lipatan itu sebagai uang tip-nya.Ia lalu meminta izin kepada pemilik bar tempatnya bekerja untuk menyimpan origami temuannya.
Saat ini Yuki telah mengumpulkan sebanyak 15 ribu origami yang sebagian besar berbahan dari kertas pembungkus sumpit dan tisu.
"Awalnya saya kira sampah. Tapi saya merasa senang setiap mendapatkannya. Pekerjaan saya juga terasa lebih menyenangkan. Saya jadi sering mengira-ngira pikiran tamu saat membuatnya," kata Yuki.
Memberikan uang tip memang bukan budaya di Jepang. Yuki menganggap origami yang ditinggalkan tamu merupakan bentuk pemberian tip yang unik.
Origami yang didapatnya mulai dari yang berbentuk sederhana seperti kipas sampai kura-kura.
Tapi ia juga pernah mendapat origami yang berdesain rumit, seperti akuarium beserta ikan-ikannya.
Pada April 2016 Yuki semakin niat dalam mengumpulkan koleksinya. Ia datang ke tempat makan lain di Jepang untuk mencari origami yang ditinggalkan tamu.
Jika tak tertinggal di meja, ia tak segan mengorek tempat sampah untuk menemukannya.
Tercatat Yuki sudah datang ke 185 tempat makan di sekitar Hokkaido dan Okinawa.
Para pemilik tempat makan di sana juga sudah berjanji kepadanya untuk menyimpankan origami yang mereka temukan.
Yuki mengatakan kalau kini banyak pelayan tempat makan yang tertular hobinya. Bahkan ada yang merasa kalau origami lebih berharga dari uang tunai yang ditinggalkan di atas meja sebagai tip.
"Origami menjadi bentuk apresiasi yang lebih menghangatkan hati dibandingkan uang," ujar Yuki.
Saat ini Yuki tak lagi menjadi pelayan bar karena ia bekerja sebagai peneliti di museum seni di Kameoka.
Belasan ribu origami yang dikoleksinya disimpannya dalam kotak kayu bak benda berharga.
Setelah Jepang, ia berencana untuk memamerkannya di Perancis dan Korea Selatan pada tahun depan.
Saat ini Yuki merasa khawatir jika tradisi meninggalkan origami bakal luntur, pasalnya sudah banyak tempat makan yang dilayani dengan mesin beroperasi di Jepang.
"Saya rasa tradisi ini tak akan berlangsung lama jika semakin banyak tempat makan yang dilayani mesin. Karena tradisi ini hanya bisa dilakukan antar manusia," kata Yuki.
(ard)
Baca Kelanjutan Kisah Pelayan Bar dan Origami yang Menghangatkan Hati : https://ift.tt/2KuVmdzBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Pelayan Bar dan Origami yang Menghangatkan Hati"
Post a Comment