Search

Kisah Yostina, Guru SD Sasak yang Terapkan 'Sekolah Hijau'

Jakarta, CNN Indonesia -- Kebakaran hutan, penebangan pohon dan pengalihfungsian lahan menjadi perkebunan marak terjadi di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten ini merupakan salah satu daerah di pelosok Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Situasi lingkungan yang tak bersahabat membuat banyak masyarakat terutama para orang tua tak peduli pada pendidikan dan sekolah. Akibatnya, para guru tak bisa menerapkan pelajaran dengan baik kepada siswa.

Tapi, Yostina (50) dan belasan guru lainnya di SDN 07 Sasak, Sajingan, Kabupaten Sambas tak tinggal diam. Lewat arahan organisasi nirlaba Wahana Visi Indonesia (WVI), mereka menyulap SDN 07 Sasak menjadi sekolah hijau. 


Sekolah hijau ini bukah sekadar membuat sekolah menjadi asri dan lebih hijau, tapi juga menanamkan pendidikan karakter yang bersifat kontekstual yang lebih "hijau".

"Kami menanamkan tiga elemen sekolah hijau yang pertama yaitu metode hijau, lingkungan hijau dan karakter hijau," kata Yostina saat dalam diskusi bersama WVI dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Jakarta, Kamis (3/5).

Yostina yang sudah mengajar di SDN 07 Sasak selama dua dekade itu menjelaskan metode hijau ialah menerapkan proses pembelajaran dengan SERU. SERU merupakan singkatan 'Senang, Efektif, Ramah, dan Unik'.

Dalam penerapannya, Yostina dan 17 guru lainnya di SDN O7 Sasak memanfaatkan kearifan lokal dan situasi alam dalam setiap materi pelajaran. Pada lingkungan hijau, SDN 07 Sasak menata sekolah dengan berbagai lokasi yang menyenangkan bagi anak, mulai dari zona bermain hingga pondok belajar yang asri.


Sedangkan karakter hijau yakni menanamkan harmoni dalam diri anak, sesama dan alam. Harmoni diri diisi dengan penanaman nilai yakin, taat, percaya diri dan kejujuran lewat kantin kejujuran. Sementara harmoni sesama menumbuhkan rasa toleransi, cinta dan kerja sama. Harmoni alam mengajak anak untuk bijak mengelola dan memanfaatkan barang bekas serta peduli lingkungan.

"Ini dibuat dengan seru, ada yel-yelnya, ada lagu-lagunya dan ada lambangnya," ujar dia.

Menurut Yostina, cara ini mampu menumbuhkan anak yang giat belajar dan cinta lingkungan. Yostina menilai terdapat banyak perubahan pada anak, guru dan masyarakat setelah menerapkan sekolah hijau sejak 2012 lalu.

Yostina menyebut guru menjadi lebih aktif dan kreatif di dalam ruang kelas dan juga di luar kelas.

"Dari anak yang dulu malu bertanya sekarang sudah berani, jujur dan sopan. Lingkungan yang dulu kumuh sekarang tertata rapi. Orang tua dan masyarakat juga sangat mendukung," ucap Yostina.

Keberhasilan penerapan sekolah hijau ini membuat SDN 07 Sasak mendapatkan penghargaan MDG's award pada 2013. Prestasi akademik para siswa pun terus meningkat. Dari semula berada pada dua terbawah, kini SDN 07 Sasak menempati posisi teratas di Kecamatan Sajingan.


Di sisi lain, Yostina juga mengaku mendapatkan hambatan sekaligus tantangan dengan kemajuan teknologi. Saat ini, para guru tengah belajar menggunakan komputer agar dapat memberikan pengajaran yang tepat pada anak-anak.

Selain SDN 07 Sasak, terdapat dua sekolah lainnya yang juga menerapkan sekolah hijau binaan WVI di Kabupaten Sambas yakni SDN 01 Aro dan SDN 03 Sajingan Besar. Tiga sekolah ini bakal menjadi sekolah percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Sambas. (rah)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Kisah Yostina, Guru SD Sasak yang Terapkan 'Sekolah Hijau' : https://ift.tt/2KB5Hko

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah Yostina, Guru SD Sasak yang Terapkan 'Sekolah Hijau'"

Post a Comment

Powered by Blogger.