Rahmi sudah berkawan dengan lupus, penyakit autoimun itu sejak usianya menginjak 17 tahun. Ketika itu, Rahmi melihat muncul ruam-ruam merah di wajahnya. Dia sempat mengira bintik-bintik merah itu hanya jerawat.
"Aku kira itu jerawat, jadi mau facial. Tapi, habis facial besoknya semakin merah dan enggak hilang-hilang. Tapi, aku enggak nanya itu apa," kata perempuan yang akrab disapa Ami itu saat berbincang dengan CNNIndonesia.com pada Rabu (9/5).
Ruam-ruam di wajah merupakan salah satu gejala awal yang kerap muncul pada penderita lupus. Hampir 70 persen penderita lupus memiliki gejala ini di kulit mereka.
Rahmi lalu membiarkan ruam-ruam yang ada di wajahnya. Sampai enam bulan setelah itu, muncul gejala lain pada tubuhnya. Ketika sedang ingin membeli sepatu, ia menyadari ukuran sepatu biasanya ia pakai tak lagi muat di kaki.
"Kakiku bengkak banget kayak orang hamil, untung yang lihat abang saya yang seorang dokter. Dia langsung curiga dan diperiksa," tutur Rahmi.
Bagian sendi yang nyeri dan bengkak termasuk pada kaki juga merupakan gejala lanjutan pada penderita lupus. Lebih dari 90 persen pasien lupus mengalami nyeri dan bengkak pada otot dan tulang mereka.
Setelah diperiksa, awalnya Rahmi didiagnosis mengalami gagal ginjal. Namun, setelah pemeriksaan menyeluruh barulah Rahmi didiagnosis menderita lupus. Dokter memang mengalami kesulitan ketika mendiagnosis lupus lantaran gejala yang berbeda pada setiap orang.
Lupus merupakan penyakit kelainan sistem imun yang justru menyerang tubuh sendiri. Sistem imun ini dapat menyerang seluruh bagian tubuh sehingga sulit dideteksi pada tahap awal.
Pada kasus Rahmi, setelah menyerang kulit dan sendi pada kaki, lupus juga menyerang ginjal. Untungnya, hal itu dapat segera ditangani dengan cepat sehingga tak terjadi kerusakan yang berarti pada ginjal.
Fokus Rahmi saat itu terbagi dengan menyiapkan kuliahnya yang baru dimulai di Bandung dan juga menjalani pengobatan. Waktu itu, ia merupakan mahasiswa baru yang merantau dari Padang, Sumatera Barat. Pada awalnya, Rahmi sempat tak percaya diri lantaran ada beberapa perubahan pada wajahnya yang menjadi lebih tembam.
"Waktu tahun pertama kena lupus muka jadi bulat banget dan mungkin ada beberapa teman yang bilang 'ih kok gini kok gitu', terus mungkin ada yang liat di instagram, 'dulu kok wajahnya gitu sekarang gini'. Sempat enggak pede tapi ya sudah. Alhamdulillah sekarang sudah enggak moon face, walaupun belum tirus," kata dia.
Sekali sebulan Rahmi rutin cek darah dan melakukan pemeriksaan ke RSCM Kencana di Jakarta. Selain itu, ia juga mesti minum obat setiap hari. Obat tersebut tak dapat menyembuhkan, tapi berfungsi untuk mengontrol lupus agar tak menyerang organ tubuh.
"Rutin cek darah dan periksa ke dokter setiap sekali sebulan. Minum obat setiap hari, tiga pagi, dan tiga malam," ujar Rahmi.
Pada Agustus tahun lalu, lupus yang diderita Rahmi juga menyerang mata yang membuat muncul glukoma dan katarak. Untuk mengatasinya, ia melakukan operasi di Singapura lantaran pengobatan dan tim dokter yang lebih andal.
Kini, Rahmi menjalani kehidupan seperti biasa. Dia mengaku sakit yang dialaminya tak mengganggu kegiatan sehari-hari seperti perkuliahan. Ia tetap dapat berkonsentrasi dan mendapatkan nilai yang baik di FKG Unpad. Dia hanya tak boleh terlalu capek, stres dan terkena panas atau sinar matahari.
"Kalau kena panas pipinya jadi merah, tapi ya sudah tetap saja kena panas," ujar Rahmi seraya tertawa.
Dukungan keluarga seperti kedua orang tua, saudara dan sahabat-sahabat, merupakan penyemangat terbesar bagi Rahmi. Nantinya, setelah menamatkan pendidikan di FKG Unpad, Rahmi masih ingin melanjutkan pendidikan di bidang ekonomi atau keuangan. Dia ingin meneruskan usaha orang tuanya.
"Biar bisa mengatur keuangan dengan baik. Biar istri-able juga," ucap Rahmi.
Dalam rangka memeringati Hari Lupus Sedunia setiap 10 Mei, Rahmi berpesan kepada penderita lupus atau orang-orang yang menderita penyakit lainnya untuk tidak berputus asa.
"Selalu semangat dan jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Selalu ingat aja kalau Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya," kata Rahmi. (rah)
Baca Kelanjutan Kisah Rahmi Amran Mengejar Cita-Cita Bersama Lupus : https://ift.tt/2G2YmqvBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Rahmi Amran Mengejar Cita-Cita Bersama Lupus"
Post a Comment