Dikelilingi perairan yang kaya dan cantik, sebagian besar masyarakat Sabang berkerja menjadi nelayan.
Pada akhir bulan ini, tepatnya mulai 27 April hingga 1 Mei 2018, pemerintah kota Sabang menggelar festival tahunan yang bertajuk Khanduri Laot.Festival tersebut merupakan wujud dari tradisi masyarakat sekitar untuk mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa atas berkah di lautan maupun di daratan yang telah diberikan.
Khanduri Laot berpusat di area Dermaga Container (CT-3) Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).
Festival ini digelar setiap bulan Syakban (penanggalan Arab) yang juga menjelang bulan Ramadan.
"Khanduri Laot sudah lama menjadi tradisi masyarakat di sini. Kami lalu mengemasnya menjadi promosi wisata bagi turis dalam dan luar negeri," kata Wali Kota Sabang Nazaruddin di Sabang, seperti yang dikutip dari Antara pada Kamis (26/4).
Selain pentas seni budaya dan pasar kuliner serta kerajinan tangan, dalam festival ini juga ada pertemuan antara Panglima Laot se-Aceh.
Walau kehidupan masyarakat di sana sudah modern, namun Sabang tetap menjunjung teguh hukum adat warisan Kesultanan Aceh, salah satunya ialah berpanutan kepada Hukum Adat Laot.
Hukum adat tersebut mengatur tata cara penangkapan ikan di laut (meupayang), penetapan waktu penangkapan ikan, penyelesaian sengketa atau perselisihan antarnelayan, dan pelaksanaan ketentuan adat serta pengelolaan upacara-upacara adat nelayan.
Orang yang berwenang sebagai pemangku hukum adat tersebut adalah tokoh berpengalaman sekaligus sosok yang dituakan di dunia bahari Aceh. Orang-orang menyebutnya Panglima Laot.
Di Pulau Weh terdapat 10 Panglima Laot yang bertugas menjaga Hukum Adat Laot, di masing-masing distrik bahari atau biasa disebut gampong.
"Rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita di laut sungguh luar biasa dan tidak akan pernah habis. Jadi sudah sepatutnya kita senantiasa mensyukuri nikmat tersebut," kata Panglima Laot Wilayah Kota Sabang Ali Rani.
Setiap Panglima Laot punya kuasa menjaga ketertiban Hukum Adat Laot yang mesti dipatuhi oleh para nelayan di masing-masing gampong.
Selain mengurus persoalan aktivitas maritim dan sengketa antarnelayan, Panglima Laot juga bertanggung jawab memastikan ketertiban Hari Pantang Melaut yang ditetapkan pada tanggal-tanggal tertentu.
Selama Khanduri Laot biasanya ada tiga hari yang ditetapkan sebagai Hari Pantang Melaut.
Jika ada nelayan bandel yang tetap melaut, sanksinya berupa sitaan terhadap alat tangkap hingga membayar denda sesuai kesepakatan bersama.
"Sudah menjaga tanggung jawab kita bersama menjaga laut untuk masa depan generasi bangsa. Jika ada nelayan yang melanggar aturan adat atau pantangan melaut maka akan dikenakan sanksi yang tegas," pungkas Ali Rani.
(ard)
Baca Kelanjutan Panglima Laot se-Aceh akan Bertemu di Khanduri Laot : https://ift.tt/2HTIcVoBagikan Berita Ini
0 Response to "Panglima Laot se-Aceh akan Bertemu di Khanduri Laot"
Post a Comment