Bertajuk "Kinasih," peragaan busana ini Eddy sebut sebagai nyanyian ulang kebaya dan batik dengan versi baru. Perancang busana kelahiran Jambi tersebut mengeksplorasi berbagai bahan yang tengah menjadi tren di dunia mode internasional dan menggabungkannya dengan batik dan kebaya.
Hal ini terlihat dalam desain yang diperagakan di panggung. Seorang model melenggang di atas panggung mengenakan mini dress batik berwarna coklat yang dilengkapi dengan aksesoris rambut keemasan dan trench coat plastik transparan di luarnya, menyatukan atmosfir kemewahan tradisional dan futuristik. Model lain dengan kasual melepas mantelnya di atas catwalk dan menaruhnya di bahu, mantel ala musim dingin berbahan batik berwarna biru yang dilapisi bahan plastik.
Tidak hanya itu, Eddy juga memadukan motif batik tradisional dengan gaya pakaian yang memiliki tampilan internasional seperti blousson, jumpsuit dengan pipa celana palazzo, terusan dengan rok mekar, jaket pendek, hingga tent dress.
Eddy yang merupakan lulusan sekolah mode Fleuri de la Porte di Perancis ini memang sengaja menabrakkan dua elemen kontras tersebut di dalam karyanya, untuk mengubah persepsi mengenai batik yang terkesan kuno dan hanya bisa digunakan untuk acara tertentu.
"Bikin batik yang katanya kuno jadi aktual dan modern, biar anak-anak sekarang masih mau pakai batik. Eddy mencoba bikin batik lebih up to date dan dicampur dengan bahan-bahan internasional," kata Eddy dalam konferensi pers di Harris Hotel & Convention Center, Jakarta Utara, Kamis (26/4).
Bergabungnya dua elemen yang kontras ini juga diiringi musik yang senada dengan karya Eddy, tradisional dicampur modern. Suara gamelan yang energik mengiringi dentuman musik elektronik racikan DJ Dardo.
Setelah 10 rancangan batik ditampilkan di panggung, musik pun berganti. Kali ini giliran grup musik tradisional-pop Deredia yang mengawal sesi peragaan busana kedua, dimana 28 batik akan ditampilkan di panggung. Diiringi lagu Bersuka Ria ciptaan presiden pertama Indonesia Soekarno, para model melenggang dengan arahan gaya koreografer Panca Makmun.
Koleksi 'Kinasih', Eddy Betty. (Foto: Dok. JFFF)
|
Kebaya bustier yang sejak lama telah menjadi identitas karya Eddy kembali muncul di panggung. Kali ini, bustier diolah dari bahan tembus pandang seperti plastik dan tulle, sesuatu yang melawan gaya konvensional dimana kebaya biasanya menggunakan brokat. Pakem kebaya vintage berpadu melahirkan gaya baru yang ringan namun subtil.
Eddy juga memecah pola kebaya sedemikian rupa, sehingga lahir bentuk baru. Kebaya disusun menjadi dress, menyerupai flapper dress ala 1920-an, dan atau diolah dengan bagian belakangnya terinspirasi dari gaun Edwardian.
Menurut Eddy, kata 'Kinasih' diambil dari tokoh Kinasih Tawang Wulan. Memiliki arti 'yang terkasih,' peragaan busana ini memang mengambil tema kekasih sebagai fokus desain.
"Ini bisa diekspresikan untuk kekasih, untuk kekasih negara, kekasih tuhan, atau siapa saja dan dilukiskan secara universal. Intinya Eddy melukiskan macam-macam dari arti kekasih itu sendiri," ujar Eddy.
Kekasih dalam arti berbeda-beda ini juga terlihat dalam ragam karakter desain yang diperagakan: beberapa kebaya terlihat lebih maskulin dengan kombinasi tuksedo, beberapa terlihat berani dengan penggunaan warna merah terang, beberapa terlihat anggun dan lembut dengan warna pastel, beberapa terlihat seksi dengan potongan yang sensual, dan beberapa terlihat lebih kemayu dengan desain yang lebih subtil.
Koleksi 'Kinasih', Eddy Betty. (Foto: Dok. JFFF)
|
Tantangan mengolah batik dan kebaya
Eddy memegang teguh prinsip untuk dapat menghasilkan karya batik yang dipadukan dengan elemen-elemen baru, tanpa merusak proses pembatikan itu sendiri.
"Tidak merusak proses pembatikan. Karena kalau merusak berarti membunuh batik itu sendiri," kata Eddy.
Hal inilah yang menjadi tantangan Eddy dalam mengolah batik, karena ia harus bisa membuat sesuatu yang baru tanpa melupakan pakem-pakem tertentu yang tidak bisa dirubah.
Untuk menyiasati hal ini, Eddy hanya mengambil inti dari motif batik. Berkolaborasi dengan batik Sida Mukti, batik juga diolah dahulu untuk menjadi dasar baru sebelum dilahirkan kembali menjadi gaun-gaun malam.
Eksplorasi Eddy terhadap batik tidak ada akhirnya. Satu rancangan menampilkan batik yang dilapisi plastik supaya lebih kokoh. Rancangan lain menampilkan batik disempal bahan busa untuk mendapatkan efek gembung. Rancangan selanjutnya menampilkan batik yang diaplikasikan di atas bahan tipis agar melambai lembut, dan diberi selaput bahan tulle supaya mendapat efek baru.
Koleksi 'Kinasih', Eddy Betty. (Foto: Dok. JFFF)
|
Tantangan yang sama juga Eddy hadapi ketika harus mengolah kebaya. Kebaya juga memiliki pakem dan tren-tren yang begitu saklek, seperti kebaya harus buka depan, kebaya biasanya dibuat dari kain brokat, kebaya juga memiliki detail-detail wajib tertentu yang biasanya dipakai untuk acara adat.
Untuk menyiasati ini, Eddy mengganti brokat dengan tulle dan embroidery, serta melepas tren kebaya yang harus memiliki renda di bagian kiri dan kanan.
Eddy berharap, peragaan busananya kali ini akan bisa menjadi inspirasi bagi rancangan batik dan kebaya di masa mendatang, dimana dunia internasional bisa melihat batik dan terkesan, dimana anak-anak muda bisa pergi ke pesta dengan gaun malam bermotif batik.
"Kali ini Eddy coba berkreasi. Soal apakah bisa diterima atau tidak, biasanya suatu desain akan teruji oleh waktu. Insya Allah bisa menginspirasi untuk kebaya di masa depan," kata Eddy. (ast/rah)
Baca Kelanjutan 'Kinasih', Eksplorasi Eddy Betty Padukan Batik Gaya Modern : https://ift.tt/2vRASVxBagikan Berita Ini
0 Response to "'Kinasih', Eksplorasi Eddy Betty Padukan Batik Gaya Modern"
Post a Comment