Kesebelas provinsi itu, yakni Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.
Data tersebut dibenarkan Oscar Primadi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, saat dihubungi CNNIndonesia.com, di Jakarta, pada Kamis (7/12). "Ya, benar datanya, sasarannya mereka akan kita berikan ORI, atau Outbreak Response Imunization," ujar dia.
Dalam pernyataan resminya, Oscar mengungkapkan munculnya KLB Difteri tersebut terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di daerah.
Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. Akhir-akhir ini, ungkapnya, di beberapa daerah di Indonesia, muncul penolakan terhadap imunisasi.
''Penolakan ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat menentukan keberhasilan pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk Difteri," ungkap Oscar.
Mengenal difteri
Dalam pernyataannya, Kemenkes menyampaikan Difteri merupakan penyakit yang sangat menular, yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae.
Adapun gejalanya yakni berupa demam yang tidak begitu tinggi, atau 38 derajat Celcius. Selain itu, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan.
Pencegahan difteri
Bagaimanapun, pencegahan utama Difteri adalah dengan imunisasi. Indonesia tercatat telah melaksanakan program imunisasi termasuk imunisasi Difteri sejak lebih dari lima dasawarsa.
Vaksin untuk imunisasi Difteri tersebut terdiri dari 3 jenis, yakni vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda.
Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.
Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yakni minimal 95%. Pada angka itu, kekebalan kelompok tercapai, dan bakteri tidak bisa menyebar dan menginfeksi ke pihak lain. Oleh karenanya, imunisasi rutin dan massal jadi kunci pencegahan.
Imbauan imunisasi
Menyikapi terjadinya peningkatan kasus difteri ini, Kemenkes lalu mengimbau masyarakat untuk memeriksa status imunisasi putra-putrinya untuk mengetahui apakah status imunisasinya sudah lengkap sesuai jadwal.
''Jika belum lengkap, agar dilengkapi," kata Oscar.
Meski mulai merebak di berbagai provinsi dan status kejadian luar biasa, Oscar mengimbau agar masyarakat tidak panik, dan mau melakukan imunisasi.
Selain itu, sebagai pencegahan, masyarakat juga dihimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker bila sedang batuk dan segera berobat ke pelayanan kesehatan terdekat jika anggota keluarganya ada yang mengalami demam disertai nyeri menelan, terutama jika didapatkan selaput putih keabuan di tenggorokan.
Kemenkes menjadwalkan akan memberikan imunisasi ORI mulai 11 Desember 2017 mendatang di 12 kabupaten/kota di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Imunisasi tersebut dilakukan sebagai penanganan KLB Difteri yang sudah mencapai 593 kasus dengan 32 kasus kematian di seluruh Indonesia.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Difteri, Wabah yang Merebak di 11 Provinsi"
Post a Comment