Dua kejadian bullying verbal dan fisik itu bukanlah yang pertama. Beberapa tahun silam, kasus serupa kerap terjadi di berbagai sekolah baik tingkat dasar hingga menengah atas.
Bagaimana orangtua dalam hal ini ibu melihat fenomena bullying yang kerap tejradi? Tiga ibu yang anaknya duduk di bangku SD, SMP, dan SMU lalu mengungkapkan keresahannya pada CNNIndonesia.com.
Wiesye Ranny, ibu dengan anak di bangku SD
Terkait kasus bullying, saya melihatnya anak-anak sekarang ada yang merasa wah, sok jago, sok pintar, tapi kembali lagi bahwa itu ada peran orang tua yang saling mengingatkan.
Orangtua mesti bekerja sama dengan anak. Kita harus memantau anak, jangan sampai anak jalan sendiri. Jadi ada kerja sama antara orang tua dan anak.
kalau yang sekarang kayaknya seakan-akan orang tua untuk urusan anak-anak terlalu masa bodoh. Jadi, sampai terjadi begitu kan, ada yang memang sama sekali tidak tahu, ada yang tahu juga. Kadang-kadang kits untuk ke anak itu kan tidak terlalu menekan anak juga tidak bisa, tapi kita harus tetap waspada dan harus tetap dijaga untuk anak yang seperti kejadian-kejadian kemarin.
Kita kalau menjadi orang tua dan melihat anak kita yang melakukan pasti kita marah. Seandainya itu terjadi ke anak kita, itu akan terluka. Selama ini didikan kita berrati gak berhasil. Jadi, paling mggak oke ada kerja sama antara kita, orang tua dengan anak sama-sama jangan sampai itu terjadi.
Emiliana, ibu dengan anak di bangku SMP
Terkait maraknya kasus bullying yang terjadi, saya khawatir justru yang anak-anak kecil yang nampar-nampar, yang minta dicium tangannya.
Itu tuh saya merasa ngeri. Ini kok anak bisa seperti itu, terus saya mikir ini bapaknya siapa ya? ini anak sekolahnya ada di mana, kok sampai seperti itu, sampai kejadiannya seperti itu. Jadi ingin tahu juga sih itu latar belakangnya apa, justru saya ngeri banget kok ada yang seperti itu.
Nah, saya mikir mungkin juga hanya digoda tapi terlalu kelepasan gitu kan, tapi ya ini yang anak-anak SD SMP ini yang saya ngeri berbuat seperti itu. Jujur saya miris melihatnya.
Untuk mencegah bullying, saya selalu ingatkan, apalagi kalau dia sudah main game yang arahnya ke situ-situ. Ada yang bunuh-bunuhan, saya sudah mulai marah. Matikan matikan, atau kalau misalnya dia mulai nonton film. Sekarang kan film-film yang kartun sudah menjurus ke seperti iyu. Kalau sudah seperti itu saya matikan.
Namun, tidak bisa langsung. Saya pelan-pelan ngomongnya karena anak-anak usia seperti itu kan masih susah. Jadi, saya akan mengatakan bergaul boleh asal tidak saling menyakiti. Biasanya saya katakan ayo berteman tapi saling membantu, saling support, bukan kemudian malah saling menjelekkan, saling memaki.
Nah, saya terapkan kepada dua anak saya kalau mereka mulai saling memaki biasanya saya langsung ayo salah satu minta maaf, tidak boleh. Ada kata-kata sedikit saja. Kalau kakanya kan lebih emosional ya saya selalu peringatkan kakaknya, awas adik meniru! Nggak boleh kamu ucapkan itu di depan adik. Nah, saya mengajarkan anak-anak saya seperti itu.
Rita Agustina, ibu dari anak yang duduk di SMU
Bullying sangat disayangkan jika itu terjadi, karena anak yang dibully itu akan terus mengingat seumur hidupnya dia.
Saya menasehati anak saya, kalau kita tidak boleh melakukan suatu kekerasan terhadap orang lain walaupun tidak sama pendapatnya.
Jika saya tahu anak saya seorang perisak (bully), ia akan saya panggil dan nasehati.
Bullying dilakukan oleh teman-temannya misalnya satu orang itu merasa kurang dari yang lain, kemudian teman-teman yang lain sering membully terhadap anak yang kurang itu.
Terkait hal ini, saya rasa zaman sekarang di dalam rumah tangga jarang sekali untuk mengajarkan kepada anak-anak untuk saling menghormati. Jadi, kalau saya lihat anak-anak zaman sekarang kurang menghormati satu dengan yang lain terutama kepada orang yang lebih tua. Itu salah satu sebabnya. (rah)
Baca Kelanjutan Keresahan dan Harapan Para Ibu terhadap Bullying pada Anak : http://ift.tt/2tSYyCIBagikan Berita Ini
0 Response to "Keresahan dan Harapan Para Ibu terhadap Bullying pada Anak"
Post a Comment