Berghain mengambil nama dari dua kawasan yang berdekatan dengannya, Kreuzberg dan Friedrichshain. Kelab malam ini tak berada jauh dari stasiun kereta Berlin Ostbahnhof. Tepatnya berada di alamat Am Wriezener Bahnhof.
Kelab malam yang telah beroperasi dan berganti nama sejak tahun 1999 ini berada dalam bangunan bekas pembangkit listrik. Desain bangunannya kini dibuat minimalis industrial dan dapat menampung 1.500 orang.Tempat hura-hura ini buka tujuh hari dalam seminggu, 24 jam. Tapi paling ramai didatangi pada akhir pekan, terutama jika ada DJ spesial. Aliran musik yang didengungkan berupa tekno dan seputarnya.
Tak ada yang tahu seperti apa suasana di dalam Berghain, karena pengelola tempat ini tak memperbolehkan tamu merekam gambar setelah masuk. Kamera telepon genggam akan ditempeli stiker. Jika ada yang mencuri foto, petugas keamanan bisa langsung tahu lalu mengusirnya keluar.
Gambaran mengenai Berghain hanya bisa didapat dari tulisan wartawan atau pengunjung yang berhasil masuk ke sana. Ya, berhasil masuk ke dalam kelab malam ini bisa dibilang prestasi, karena sang penjaga pintu masuk, Sven Marquardt, tak membiarkan sembarang orang berpesta di tempatnya.
Minka, turis pria Rusia yang berhasil masuk ke Berghain pada tahun lalu, mengatakan kalau sosok Marquardt berupa pria berusia 50 tahunan, berambut panjang beruban, berbadan tegap, plus tato di sekujur badan dan tindikan di muka.
Selain menjadi penjaga pintu Berghain, Marquardt juga seorang fotografer yang sering didapuk memotret rumah mode independen.
"Tak pernah saya merasa segentar itu untuk masuk ke sebuah kelab malam," kata Minka kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di sebuah bar di Jakarta pada Senin (26/3) malam.
Minka lanjut bercerita, ia datang ke Berghain bersama tiga orang temannya yang kesemuanya laki-laki. Mereka telah mendengar "legenda" kelab malam itu dan sudah pasrah jika ditolak masuk.
Ia mendapat banyak saran dari temannya yang asli Berlin mengenai cara meyakinkan Marquardt dan lolos masuk ke Berghain.
"Teman saya menyarankan agar kami mengenakan pakaian kasual serba hitam, jangan terlihat terlalu mabuk, dan jangan memasang muka bingung. Lebih tepatnya, kami harus berlagak bahwa Berghain ialah kelab malam yang biasa saja," ujar Minka sambil tertawa.
"Tapi sebagian besar calon pengunjung yang mengantre memasang muka khawatir. Bagaimana tidak, ada sosok Sven Marquardt di depan pintunya!" lanjutnya kembali tertawa.
Soal mengantre, Minka dan kawan-kawannya datang pukul dua pagi dan baru masuk ke dalam Berghain pada pukul enam pagi. Pengakuannya tak mengada-ada, karena antrean masuk ke kelab malam ini memang amat sangat panjang.
Hal tersebut dikarenakan pengelola memberlakukan sistem 'satu masuk dan satu keluar' agar keadaan di dalam tak terlalu sesak.
Tepat pukul setengah enam pagi, Minka dan ketiga kawannya harus menghadapi Marquardt. Ia berkata sang penjaga pintu tak berkata apapun. Hanya menyortir tampilannya dengan mata tajam dan mulut yang terdiam.
"Anda berdua masuk, kalian berdua yang di belakang silakan pulang. Ayo yang berikut maju!," kata Minka menirukan suara Marquardt.
Hampir tak percaya, ia dan satu orang temannya bisa masuk, sementara dua temannya harus pulang.
"Saya rasa Marquardt bisa melihat degup jantung saya di balik kaus hitam yang saya kenakan," ujar Minka tergelak.
Minka dan satu orang temannya mengenakan jeans, kaus hitam, dan sneakers. Tapi nyatanya aturan berbusana tersebut tak mutlak menjadi tiket masuk Berghain seperti yang dikatakan banyak orang, karena Minka juga melihat ada juga pengunjung yang berpakaian lebih rapi darinya, meski rata-rata mengenakan warna gelap.
"Hingga kini saat saya ditanya bagaimana cara masuk Berghain, saya tak bisa memberikan jawaban dengan pasti. Mungkin itu hanya keberuntungan," kata Minka yang akhirnya berpesta semalam suntuk sampai berganti hari di Berghain.
Dalam wawancara dengan majalah GQ, Marquardt mengatakan kalau penyaringan pengunjung yang ketat bukan bermaksud membuat Berghain menjadi kelab malam ekslusif.
Ia hanya ingin pengunjung yang masuk memiliki frekwensi yang sama soal musik dan keriaan. Ia tak ingin ada pengunjung yang masuk hanya untuk memenuhi bucket list atau berbuat onar.
"Saya punya tanggung jawab untuk membuat kelab malam ini tempat yang aman bagi orang yang benar-benar ingin menikmati musik dan keriaan. Saya ingin orang yang masuk melupakan masalahnya untuk sementara," kata Marquardt.
"Kelab malam yang dipenuhi oleh orang yang datang dengan berpakaian mewah memang menarik untuk dilihat selama satu atau dua jam, sebelum akhirnya membosankan. Suasananya pun tak hidup."Sven Marquardt |
Saat ditanya mengenai tata cara masuk Berghain yang sudah menjadi buah bibir, Marquardt hanya tertawa dan mengangkat bahunya.
"Ya, saya mendengar banyak mengenai hal itu. Bahkan ada yang berkata bahwa jangan tertawa-tawa saat berada dalam antrean. Tapi semua aturan itu subyektif di mata saya," pungkas Marquardt.
Bagi penggemar musik tekno dan berencana mengunjungi Berghain, tak ada salahnya mencoba peruntungan untuk masuk ke dalam kelab malam ini.
Legenda Berghain telah membuatnya berada di posisi teratas dalam daftar 100 Kelab Malam Terbaik di Dunia versi DJ Magazine.
"Kelab malam ini akan dan selalu menjadi yang terbaik di dunia, karena pengunjungnya bisa bebas melakukan apapun di dalamnya. Tak ada yang istimewa di dalamnya, bahkan kamar mandinya tak memiliki kaca. Hanya musik dengan tata suara yang bagus untuk berdansa semalaman," tulis DJ Magazine pada 2011.
(ard)
Baca Kelanjutan Berghain, Kelab Malam yang Sulit Ditembus Tamu : https://ift.tt/2uoRvXUBagikan Berita Ini
0 Response to "Berghain, Kelab Malam yang Sulit Ditembus Tamu"
Post a Comment