
Ahli endokrinologi, dr Ketut Suastika menjelaskan, hipoglikemia merupakan kondisi kadar gula darah rendah di bawah 70 mg/dL. Kondisi ini lebih sering terjadi saat bulan puasa.
"Dalam studi di 13 negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim, kejadian hipoglikemia lebih besar terjadi saat puasa dibandingkan tidak puasa," kata Ketut dalam diskusi dengan MSD Indonesia, beberapa waktu lalu.
Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes. "Jarang ada hipoglikemia pada orang tanpa diabetes," tutur Ketut.Ketut menjelaskan, kondisi hipoglikemia pada diabetes dalam keadaan darurat merupakan kegawatan. Dalam jangka pendek, hipoglikemia dapat membuat orang tidak sadarkan diri. Sementara dalam jangka panjang, apabila terus-terusan terjadi, kondisi ini dapat memicu penyakit jantung.
Hipoglikemia ditandai dengan penurunan energi yang membuat jantung berdebar, tremor, gelisah, berkeringat, dan kesemutan. Pada gejala yang berat, kondisi ini membuat otak kekurangan makanan sehingga dapat tiba-tiba menjadi lesu, lemas, kejang-kejang, koma, bahkan kematian jika gula darah sudah terlalu rendah.
"Makin rendah gula darah, makin tinggi tingkat kematian," ucap mantan rektor Universitas Udayana ini.
Sebagai penanganan pertama, orang dengan hipoglikemia mesti langsung diberikan karbohidrat bentuk apa saja untuk meningkatkan kadar gula darah.Ketut juga menyarankan agar orang dengan diabetes berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan berpuasa.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)
Baca Kelanjutan Waspada Hipoglikemia saat Berpuasa : http://bit.ly/2Jp3lHgBagikan Berita Ini
0 Response to "Waspada Hipoglikemia saat Berpuasa"
Post a Comment