"Inilah yang disebut Indonesia Incorporated! Kompak, solid, maju bersama, saling support, antarkementerian untuk Indonesia maju," jelas Menteri Arief Yahya. "Hasil yang luar biasa hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa! LCCT ini adalah salah satunya."
Dia menjelaskan, pertumbuhan penumpang internasional setiap tahunnya rata-rata 13 persen per tahun. Dari angka tersebut, pertumbuhan penumpang yang menggunakan layanan Full Service Carriers (FSC) sekitar 7 persen, sementara Low Cost Carriers tumbuh 55 persen per tahun.
"Target yang diberikan presiden kepada kita harus naik rata-rata 20 persen per tahun, kalau kita gunakan cara yang biasa, full service carriers, maka pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Solusinya harus dengan LCCT," ujar Menpar Arief Yahya di Kantor Kemenko Kemaritiman, Kamis (12/7).
Ia memberi contoh bandara di Jepang mulai menyiapkan terminal biaya rendah itu sejak 2012, yakni di Bandara Narita (NRT) Tokyo, Bandara Naha (OKA) Okinawa, kemudian bandara Chubu (NGO) Nagoya dan Bandara Kansai (KIX) Osaka.
Bandar Udara Narita contohnya, sudah mulai membangun T3 untuk LCC sejak April 2015. Jumlah lalu-lintas LCC kemudian terus tumbuh dari 11,5 persen menjadi 31 persen pada 2017 dari jumlah keseluruhan di Bandara Narita, Tokyo.
"Pertumbuhan trafik di LCCT jauh lebih tinggi dari Non-LCCT untuk destinasi yang sama," ujar Arief Yahya.
"Hasilnya turis inbound ke Jepang tumbuh 33 persen dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan menjadi rataan pertumbuhan tertinggi di dunia, mencapai 28,7 juta turis pada 2017," ujar Menpar.
Arief menyebut Indonesia sampai saat ini belum memiliki LCCT sehingga maskapai dengan konsep LCC harus mendarat di terminal biasa yang biayanya tinggi.
"Jadi, untuk mencapai target spektakuler, dengan 20 juta wisman, kami menggunakan tiga strategi besar. Insentif Airlines (salah satunya dengan LCCT, red), Hot Deals dan CDM (Competing Destination Model)," ujar Menpar.
Dengan adanya terminal LCC, maka airlines bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen, tapi akan memiliki trafik yang meningkat dua kali lipat.
Menpar juga tidak khawatir nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki pengeluaran yang kecil. Ia mencontohkan Thailand yang memiliki banyak terminal LCC, namun Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai US$1.500, sementara Indonesia masih di angka US$1.200. Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi.
Nantinya terminal LCC diproyeksikan dibangun di bandara yang telah memiliki lebih dari satu terminal.
"Salah satu terminalnya bisa diarahkan untuk terminal LCC," ujar Arief Yahya.
Menpar juga mencontohkan hal yang sama di London Inggris dengan pertumbuhan LCCT menapai 51,4 persen sementara Non-LCCT tumbuh hanya 19 persen.
"Contoh yang sama, selain Jepang dan Inggris, juga terjadi di Thailand. Terima kasih, Dirut Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin juga sudah punya planning, betul-betul Indonesia Incorporated," ujar Menpar Arief Yahya.
(vws)
Baca Kelanjutan Kejar Target 20 Juta Wisman 2019, Indonesia Bakal Miliki LCCT : https://ift.tt/2NRvwyiBagikan Berita Ini
0 Response to "Kejar Target 20 Juta Wisman 2019, Indonesia Bakal Miliki LCCT"
Post a Comment