Salah seorang fotografer spesialis alam liar, Riza Marlon, mengatakan foto itu layaknya panduan visual bagi para pecinta kegiatan alam liar.
"Untuk di Indonesia, karya fotografi itu sangat membantu karena mayoritas lebih suka liahat foto ketimbang teks," ujar Riza saat menjadi pembicara pada sesi peluncuran buku 'Burung-burung di Taman Nasional Matalawa', dalam acara Indofest 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (4/5).
Menurutnya untuk menjadi fotografer alam liar harus memiliki, sedikitnya, tiga macam ilmu. Pertama adalah ilmu tentang fotografi, kemudian ilmu tentang cara hidup di alam liar, dan terakhir ilmu mengenai objek foto.Ia memberi contoh, jika ingin memotret burung di alam liar maka mau tidak mau si fotografer harus memahami perilaku si burung. Begitupun jika ingin memotret fauna atau flora yang lainnya, ini adalah kunci yang tidak bisa diabaikan.
Selain itu, ia menambahkan, keselamatan merupakan faktor penting yang harus diutamakan. Ia sangat tidak menyarankan pergi sendirian ke alam liar, karena beberapa hal buruk bisa menimpa. Mulai dari masalah cuaca, pohon tumbang, dan yang lainnya.
Ia mencontohkan di Sumba nyaris tidak ada predator besar seperti macan atau harimau, sehingga relatif lebih aman jika ingin pergi untuk memotret sendirian. Namun lain hal dengan di Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatera, Papua, dan Sulawesi yang masih merupakan rumah bagi para predator-predator besar.
"SOP (Standart Operational Procedure) kalau pergi ke outdoor itu jangan sendirian. Ya minimal dua orang lah kalau pergi motret outdoor. Jadi kalau yang satu diterkam, satunya bisa lari dan lapor ke petugas," ujarnya bercanda dan diikuti gelak tawa pengunjung. (agr)
Baca Kelanjutan Beberapa Hal Esensial untuk Fotografi Alam Liar : https://ift.tt/2HYGejoBagikan Berita Ini
0 Response to "Beberapa Hal Esensial untuk Fotografi Alam Liar"
Post a Comment