Namun saat ini, pandangan negatif masyarakat terhadap TPA Pakusari Jember Jawa Timur, sudah berkurang. Saat ini, TPA Pakusari disulap menjadi tempat wisata sampah dan menghasilkan gas metan atau biogas, yang digunakan memasak, layaknya menggunakan gas elpiji oleh warga sekitar.
Pantauan di lokasi, begitu tiba di pintu gerbang TPA Pakusari, tidak tampak tempat kumuh tumpukan sampah. Sebab, setiap bangunan kantor, tempat parkir dan pos penjagaan, saat memasuki kawasan TPA, tampak cat warna - warni mencolok. Sedangkan di pintu gerbang tertulis Selamat Datang di Wisata Edukasi, TPA Pakusari.
Begitu masuk melewati pintu gerbang, terlihat denah instalasi gas metan. Juga terlihat truk pengangkut sampah keluar masuk TPA Pakusari, yang datang dari 10 kecamatan. Tumpukan sampah berada sekitar 500 meter dari pintu masuk, saat truk sampah datang menurunkan sampah, sejumlah warga yang sudah menunggu langsung memilah - milah sampah organik dan anorganik.
"Sudah ada 20 kepala keluarga di sekitar TPA Pakusari, yang memanfaatkan gas metan, yang dihasilkan dari pengelolaan sampah," tutur salah seorang staf kebersihan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Jember, Totok M Sholeh, Jumat (19/1) pagi.
Ia menjelaskan setiap hari tak kurang dari 53 truk sampah masuk TPA Pakusari, atau 600 M3. "Sampah tersebut selanjutnya disortir dipilah - pilah sampah organik dan anorganik," katanya.
Sebelumnya, TPA Pakusari dikelola Dinas PU Cipta Karya kabupaten Jember, namun sejak dua tahun lalu pengelolaan TPA Pakusari berada di wilayah Kantor lingkungan hidup, KLH Kabupaten Jember.
TPA Pakusari, di kabupaten Jember. (Foto: CNN Indonesia/Kurniawan)
|
Sebelumnya, tumpukan sampah sering menjadi masalah seperti keterbatasan lahan, serta pencemaran lingkungan.
Namun saat ini, Justru tumpukan sampah bisa membawa banyak manfaat, bagi masyarakat. Sampah yang bisa didaur ulang diambil, dibuat bernilai ekonomis. Sedang sampah organik, tetap biarkan berada di area seluas 6,8 Hektare ini.
Sebelumnya, sampah organik yang mengeluarkan aroma bau menyengat, yang kerap kali dikeluhkan warga sekitar. Saat ini tidak hanya dikelola menjadi pupuk organik, namun juga dikelola menjadi energi terbarukan menjadi bahan kompor gas, seperti gas elpiji.
"Pihak TPA Pakusari Justru bisa menangkap bau gas, menjadi bahan bakar, yang selanjutnya disalurkan ke warga sekitar TPA," ucapnya.
Ia menjelaskan setelah mengikuti pelatihan dan studi banding, pembuatan intalasi biogas dengan bahan sampah, ternyata hanya menggunakan teknologi sederhana. Sebab, bau menyengat yang keluar dari sampah, mengandung gas methana atau CH4 atau yang biasa disebut Biogas.
Tehnologinya, yakni hanya memasukan pipa berpori-pori kedalam tumpukan sampah, kemudian ditutup dengan tanah, untuk menangkap gas metan. Gas metan, yang sudah tertangkap selanjutnya disalurkan ke reaktor biogas, untuk memisahkan gas dan air.
Gas yang sudah terpisah selanjutnya disalurkan melalui pipa, yang didorong ke sumber pemakaian dengan menggunakan blower. hasilnya kemudian disalurkan ke kompor gas tersebut, sehingga kompor menyala seperti kompor gas elpiji.
Ia menjelaskan instalasi pengolahan biogas di TPA Pakusari ada dua titik, satu titik dimanfaatkan TPA sendiri, terutama untuk kegiatan edukasi. Sedangkan satu titik disalurkan menggunakan pipa ke 20 KK di sekitar TPA Pakusari.
Namun hingga dua bulan beroperasi, TPA Pakusari belum memiliki teknologi, yang bisa memasukkan biogas tersebut, ke dalam tabung seperti gas elpiji. jika hal ini bisa dilakukan maka pihak karyawan TPA, juga bisa memanfaatkan gas methana ini, meski tidak tinggal disekitar TPA.
Selain itu, TPA Pakusari juga dijadikan tempat edukasi pemanfaatan sampah. Bahkan sering melakukan pelatihan keterampilan bagi masyarakat Jember, sehingga sampah organik bisa dijadikan kerajinan, seperti tas dan aksesoris. (dik/rah)
Baca Kelanjutan Tumpukan Sampah di TPA Pakusari Jember Jadi Objek 'Wisata' : http://ift.tt/2Doy9GeBagikan Berita Ini
0 Response to "Tumpukan Sampah di TPA Pakusari Jember Jadi Objek 'Wisata'"
Post a Comment