
Rupanya, hal ini bukan soal selera atau kemudahan mendapat makanan. Tapi, hal ini dapat dijelaskan secara ilmiah.
Tim dari National Institute for Physiological Sciences menemukan bahwa neuron otak yang aktif akibat stres mengalami peningkatan nafsu makan terhadap karbohidrat.
Kesimpulan ini berdasarkan penelitian mereka terhadap tikus. Tikus-tikus dengan neuron yang aktif makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi tiga kali lebih banyak daripada tikus dengan kondisi neuron normal. Tikus-tikus ini bahkan hanya makan setengah porsi makanan yang tinggi lemak.Dari penelitian ini, Yasuhiko Minokoshi, salah satu periset menyimpulkan bahwa otak memainkan peranan terkait preferensi karbohidrat atau lemak. Studi ini diklaim bisa membantu menghindarkan orang dari makan makanan manis atau junk food yang tak sehat.
Manusia umumnya memilih apa yang ingin dimakan berdasarkan selera dan kondisi nutrisi tubuh. Tapi, mekanisme yang terlibat dalam pemilihan itu masih menjadi misteri.
Menurutnya, kebanyakan mereka yang makan makanan manis cenderung menyalahkan diri sendiri akibat nafsu makan yang tak terkontrol, apalagi saat stres.
"Tapi, jika mereka tahu itu akibat neuron, mereka mungkin tak begitu keras pada diri sendiri," tambah Minokoshi dikutip dari Japan Times (19/1).
Akan tetapi, ia mengakui hasil riset ini masih sulit diterapkan untuk manusia. Sebab, menekan neuron bisa saja memicu efek samping, karena mereka memainkan banyak peran."Jika kami bisa menemukan molekul tertentu di neuron dan untuk menekan aktivitas neuron, itu bisa memangkas nafsu makan makanan berkarbohidrat," jelas Minokoshi.
Sedangkan, susbtansi untuk mengaktivasi neuron bisa digunakan untuk orang yang mengonsumsi lemak berlebih. Studi ini pun dipublikasikan di US Journal Cell Reports. (eks)
Baca Kelanjutan Alasan Makan Jadi 'Pelarian' Orang Saat Stres : http://ift.tt/2nftjRJBagikan Berita Ini
0 Response to "Alasan Makan Jadi 'Pelarian' Orang Saat Stres"
Post a Comment