Search

Terjerat Kasus, Anak Tora Sudiro-Mieke Rawan Bullying

Pemberitaan media kembali diramaikan dengan kabar artis yang terjerat napza. Kini giliran pasangan artis Tora Sudiro dan Mieke Amalia yang ditangkap Petugas Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan. Mereka ditangkap atas dugaan kepemilikan psikotropika berjenis Dumolid.

Menjadi sorotan tak hanya dialami keduanya, tetapi juga kelima anak mereka. Diketahui Tora memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya, yakni Azzahra Nabila Sudiro dan Nayara Kanahaya Sudiro. Mieke pun memiliki dua anak, yakni Queena Miendra dan Kayra Miendra. Si bungsu, Jenaka Mahila Sudiro merupakan anak dari perkawinan mereka.

Menurut psikolog anak dari Personal Growth, Monica Sulistiawati, anak akan mengalami syok. Orang tua yang selama ini menjadi role model atau panutan, tiba-tiba tertangkap karena kejadian tak menyenangkan.

Selain itu, anak juga akan mengalami kebingungan soal nilai-nilai yang selama ini ditanamkan pada mereka. Sebagai role model, lanjutnya, mereka diharapkan dapat memberikan nilai-nilai positif agar anak tumbuh dan berkembang sesuai norma. Tertangkapnya orang tua atas kasus tertentu membuat mereka bingung. Hal yang selama ini diajarkan agar tidak dilakukan, malah dilakukan role model atau orang tua mereka.


"Efeknya syok, kenapa papa mama begini. Anak jadi kebingungan, nilai-nilai yang diikuti seperti apa," kata Monica saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (3/8).

Monica menuturkan, besarnya efek tergantung dari individu masing-masing. Menurutnya, efek akan lebih besar saat anak menyaksikan penangkapan kedua orang tua mereka daripada saat mendengarnya saja. Belum lagi fakta bahwa kedua orang tua mereka adalah figur publik, maka sorotan tak lagi terelakkan.

"Kebetulan ini anak dari figur publik, efek lebih besar. (Mereka) mendapat sorotan, judgement, membuat efek trauma lebih besar. Mereka juga rawan untuk di-bully dan mendapat penilaian negatif," tambahnya.


Anak Perlu Psikoedukasi dan Pendampingan
Langkah antisipasi perlu diambil terkait hal ini. Dalam ilmu Psikologi, kata Monica, terdapat metode psikoedukasi. Psikoedukasi bermanfaat agar penderita gangguan psikis tidak terkena efek yang lebih luas.
Ia menjelaskan, untuk anak yang masih kecil dapat dilakukan terapi kognitif atau cognitive therapy. Terapi ini dapat berupa story telling atau kegiatan bermain.

"Ia digali pemahaman, penilaian yang terjadi pada orang tua seperti apa. Dari situ kita lihat irrational beliefs, ada tidaknya nilai-nilai yang salah, kemudian yang salah kita benarkan," jelas Monica.

Ketika anak ada lebih dari satu, misal anak Tora dan Mieke berjumlah lima, maka dapat diambil psikoedukasi dengan Focus Group Discussion (FGD). Ia mengatakan, anak-anak akan bersama-sama digali nilai-nilai yang ditanamkan pada mereka, pendapat mereka, kalau ada masalah apa yang dilakukan.


"Saat FGD, mediator akan memberikan masukan. Mereka saling dikuatkan emosinya untuk saling mendukung. Kalau ada kejadian seperti ini mereka tidak sendirian," sambungnya.

"Tujuan psikoedukasi ini adalah supaya mereka tidak menyerap nilai-nilai yang keliru."

Selain psikoedukasi, pendampingan dari orang-orang terdekat juga diperlukan. Pendampingan dapat dilakukan oleh kakek nenek, keluarga dekat, psikolog, bahkan guru di sekolah yang dapat dipercaya.

"Dukungan diperlukan dari orang-orang sekitar. Bahwa orang tua melakukan kesalahan, mereka tidak sempurna, dan anak dapat belajar dari kesalahan orang tua. Mereka harus kuat menghadapi," tutupnya.

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Terjerat Kasus, Anak Tora Sudiro-Mieke Rawan Bullying : http://ift.tt/2vlAKfl

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Terjerat Kasus, Anak Tora Sudiro-Mieke Rawan Bullying"

Post a Comment

Powered by Blogger.