Keenam desainer yang melaju ke NYFW First Stage itu di antaranya Barli Asmara, Dian Pelangi, Catherine Njoo, Melia Wijaya, Vivi Zubedi, dan label Doris Dorothea yang digawangi pasangan Fara Shahab dan Riza Assegaf.
Masing-masing mengusung tema gagasan berbeda, dan menunjukkan keberagaman yang unik.
Hadir dalam preview di Gran Mahakan Hotel Jakarta, pada Senin (21/8), keenam desainer mencoba memaparkan gagasan di balik rancangan mereka. Ada yang menggabungkan inspirasi nuansa klasik dan kekinian, ada juga yang kental mengusung nafas dan nuansa Indonesia.
Berikut bocoran rancangan mereka:
Barli Asmara
NYFW First Stage menjadi gelaran pekan peragaan busana kedua di New York yang pernah diikuti Barli. Sebelumnya dua tahun lalu, bersama Dian Pelangi ia memamerkan karya di gelaran New York Couture Fashion Week.
Tampil di panggung Indonesian Diversity, bersama lima desainer Indonesia lainnya, Barli mengatakan dirinya mengusung gaya klasik era Victorian, di mana ia terinspirasi gaya busana Marie Antoinette.
Gaun dengan bahu terbuka yang dulu ada dan kini juga kembali tren menjadi salah satu yang menarik perhatiannya. Di luar potongan, ia memutuskan untuk menggunakan warna putih untuk rancangannya yang ia bawa ke NY kali ini.
"Saya bakal bermain dengan berbagai teknik, dan detil yang kompleks untuk setiap busana, yang bisa diperhatikan dari detail di bagian dada dan lengan," ujarnya.
|
Dian Pelangi
Lulusan sekolah mode ESMOD pada 2008 ini mengawali kariernya di dunia mode dengan peragaan busana di Melbourne Fashion Week pada 2009. Dian juga pernah menggelar peragaan busana di London Fashion Week pada 2016, dan Torino Fashion Week pertengahan tahun ini.
Tampil di New York Fashion Week First Stage menjadi yang kedua baginya untuk perhelatan di New York, setelah New York Couture Fashion Week dua tahun lalu.
"Kali ini saya mau angkat koleksi yang mengakulturasi dua budaya, AS dan Indonesia," ujarnya.
Akulturasi budaya ini menjadi penting bagi Dian, karena kata dia supaya rancangannya memiliki keterhubungan dengan publik AS sebagai penikmat. Perwujudan gabungan budaya ini dilakukan desainer kelahiran 1991 ini lewat pemakaian kain Indonesia dengan batik, tenun, songket dan jumputan.
"Untuk motifnya akan bernuansa khas atau street style New York, yang riuh dan mungkin ada kesan graffiti," tambah dia.
|
|
Catherine Njoo
"Saya usung unsur legong dari Bali, yang menurut saya bisa mewakili Indonesia, di mana Bali sudah cukup terkenal dan mudah dikenali bagi publik internasional," ujarnya beralasan.
Tema Legong itu diwujudkan lewat rancangan yang didominasi warna hitam dan emas, serta gaya busana yang sekilas akan mengingatkan akan kesan Bali. Catherine memodifikasi batik sedemikian rupa untuk tampilan lebih kontemporer.
Untuk show di NYFW First Stage, ia bekerjasama dengan desainer aksesori Grace Liem untuk hiasan kepala.
|
|
Melia Wijaya
Ditemui di sela-sela preview, Melia Wijaya mengatakan dirinya baru kali ini memamerkan karyanya di pekan peragaan busana tingkat internasional. Kata dia, rasanya campur aduk, tapi akan beri koleksi yang terbaik.
Melia mengatakan dirinya akan memboyong koleksi busana yang terinspirasi dari kisah Sawung Galing. Ia akan mentransformasi motif batik ayam menjadi motif sulam dengan teknik bordir. Cerita rakyat Indonesia menurutnya akan menarik diolah ke dalam busana untuk publik internasional.
|
|
Vivi Zubedi
"Saya akan membuat rancangan abaya, bernuansa Timur Tengah tapi dengan kain Indonesia yang sangat khas," ujarnya lugas.
Penggabungan busana dengan dua budaya itu menjadi tantangan tersendiri bagi Vivi. Ia mengatakan koleksi bertema 'Makkah, Madinah, dan Jannah' itu bisa jadi akan 'berat' dan menantang bagi publik AS, apalagi mengingat muslim di sana sempat mengalami hambatan atau pelarangan.
Vivi menegaskan, dirinya akan menggunakan kain Indonesia, seperti penanda yang ikonik batik atau tenun. Modifikasi potongan ia mainkan dengan kesan busana kontemporer.
|
|
Doris Dorothea (Fara Shahab dan Riza Assegaf)
Label tas ini bisa jadi tidak begitu kerap terdengar gaungnya di tanah air, tapi Doris Dorothea bergema di luar negeri, khususnya pasar Timur Tengah sebagai merek tas kulit eksotik.
Kali ini, label yang digawangi pasangan Fara Shahab dan Riza Assegaf itu menyasar pasar AS. Di NYFW First Stage, mereka menampilkan koleksi yang mereka beri tajuk Polymorph yang terinspirasi dari objek-objek keseharian, seperti bentuk-bentuk geometrik, heksagonal, silinder, dan triangle. Beberapa contoh tas Doris Dorothea diperagakan oleh sejumlah model dalam preview lima desainer busana yang turut serta di NYFW First Stage.
"Kerjasama dengan para desainer ini akan lebih menantang, karena kita menyamakan konsep dan melihat kemungkinannya untuk padupadan," ujar Fara.
|
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bocoran Koleksi 6 Desainer untuk New York Fashion Week"
Post a Comment