Sebaliknya tren ini justru digantikan oleh potret 'suram', 'galau' dengan filter warna kelabu.
Foto tersebut bisa berupa seorang yang tengah berdiri sendiri di dekat jendela, dengan lampu jalanan berkilauan di sekelilingnya. Bisa juga dalam sosok wanita berusia 20-an, duduk sendirian di pagar pembatas jalan raya yang kosong di Seoul.
Potret 'kesepian' di Korea Selatan ini disebut sebagai "Honjok". Sebuah frasa yang menggabungkan kata "hon" (sendiri) dan "jok" (suku).
Istilah tersebut sering digunakan untuk menggambarkan generasi yang menyukai kesendirian dan kemandirian. Selain itu juga berlaku bagi mereka yang telah mengubah pandangannya akan percintaan, pernikahan, dan keluarga.
"Ini perasaan menyerah," kata fotografer Korea, Nina Ahn, yang suka mengabadikan momen 'menyendiri' pemuda di sana, seperti dikutip dari CNN.
"Kita hidup pada generasi di mana kerja keras untuk masa depan tidak dapat menjamin kebahagiaan, jadi mengapa tidak menginvestasikan waktu untuk diri sendiri?"
"Fakta bahwa foto-foto saya membawa sentimen kemuraman, yang berarti (itu) adalah wajah generasi saat ini," tambahnya.
Selain Ahn, fotografer Hasisi Park juga mengeksplorasi karyanya dengan menampilkan rupa seorang pemuda 'penyendiri'. Bedanya, Park menggambarkan subjeknya sebagai makhluk tak berdaya di tengah padang gurun yang luas maupun lautan manusia.
Park, yang tinggal di Seoul, mengaitkan munculnya "Honjok" dengan tekanan sosial di zaman modern. Tekanan itu berakibat pada terbatasnya peluang untuk berinteraksi dengan orang lain dan kurangnya waktu untuk diri sendiri.
"Lingkungan sosial di mana kita hidup bisa jadi sangat tidak stabil, dan saya pikir orang-orang muda tidak mau kompromi lagi," katanya.
Mengubah Prioritas
Meskipun foto-foto Ahn menggambarkan perasaan seseorang yang kesepian, namun ia percaya bahwa mereka memiliki keinginan untuk memperkaya pengetahuannya melalui pengalaman dalam sebuah perjalanan.
"Di generasi orang tua kami, orang tahu bahwa setelah bekerja keras dan menabung selama beberapa tahun, mereka akan dapat membeli rumah untuk keluarga mereka," katanya.
"Tapi kami menyadari bahwa kami tidak akan pernah bisa memiliki sesuatu seperti itu, bahkan jika kami bekerja untuk seluruh hidup kami."
"(Teman-teman sebaya) tahu bahwa tidak ada kebahagiaan seumur hidup, dan mereka menanggapi hidup dengan cara yang lebih bijaksana. Prioritas kita dalam kehidupan telah berubah."
Di sisi lain, 'kebangkitan' kaum penyendiri ini justru bisa jadi berkah bagi sebagian orang.
Menurut Park, fenomena "Honjok" ini justru bisa menjadi peluang ekonomi. Mulai dari bisnis one-person apartment hingga restoran dengan konsep melayani sendiri.
"Itu sudah cukup mampu untuk membentuk budaya (Honjok) dengan kekuatan konsumen," imbuhnya.
Sementara itu, sebuah perusahaan mebel Korea bernama Hansem, kini menjual meja lipat yang memiliki fungsi ganda yakni meja makan dan laci. Peralatan itu menyasar pembeli yang tinggal sendirian di apartemen.
Sedangkan situs Honjok.me yang dikelola oleh Yet Jang, menjual tripod mini untuk ponsel pintar. Di dalamnya tertulis, "Sempurna bagi pelancong solo untuk mengambil foto narsis." (bel/chs)
Baca Kelanjutan Potret Kebangkitan Kaum-kaum 'Penyendiri' di Korea Selatan : https://ift.tt/2LYJJeIBagikan Berita Ini
0 Response to "Potret Kebangkitan Kaum-kaum 'Penyendiri' di Korea Selatan"
Post a Comment