Search

Harga dari Menantang Ajal di Gunung Everest

Jakarta, CNN Indonesia -- Kami Rita, seorang pemandu pendaki di Gunung Everest atau yang disebut sherpa, akan kembali mendaki salah satu puncak tertinggi di dunia itu untuk yang ke-22 kalinya pada tahun ini.

Dikutip dari AFP pada Minggu (1/4), sherpa asal Nepal itu bakal kembali mempertaruhkan nyawanya di gunung itu pada bulan depan.

Bulan Mei disebut sebagai musim turis bagi Everest, karena cuaca sedang menuju musim panas yang berarti cerah.

Meski demikian alam tetap saja tak bisa ditebak. Karena terkadang badai menghantam pendaki yang tinggal "selangkah" lagi menuju puncaknya.

Kami Rita bukan pemandu "kemarin sore". Ia telah bolak-balik mengantar pendaki menjejak pucuk Everest selama dua dekade.

Dalam tugasnya, ia bersama pendaki yang dipandunya harus berjalan sepanjang 8.848 meter untuk sekali berangkat. Belum termasuk jarak pulang.

"Saya tak mengincar rekor dunia. Saya melakukan ini untuk kembali melatih diri saya. Ini bukan ajang kompetisi," kata Kami.

Kami tak lagi muda, usianya sudah 48 tahun. Ia pertama kali menginjak puncak Everest pada tahun 1994 bersama 50 pendaki lainnya.

Dengan kemajuan teknologi, rasanya Gunung Everest jadi lebih mudah dikunjungi. Tahun lalu saja, sebanyak 634 orang berhasil naik ke puncaknya.

Anggapan bahwa semakin mudahnya menaklukan Everest membuat gunung itu diserbu pendaki yang penasaran. Sayangnya, sebagian besar yang datang merupakan pendaki pemula yang belum punya pengalaman bertarung dengan ganasnya alam.

Nepal, yang berada di bagian selatan gunung, mendapat keuntungan dari fenomena ini. Pendapatan negara bertambah US$4 juta per tahun hanya dari urusan surat izin pendakian Everest, salah satu dari delapan gunung tertinggi di dunia.

Jika dilihat dari kejauhan, salju abadi Everest akan berpadu dengan warna-warni tenda yang didirikan pendaki. Kaki gunung yang tadinya sepi kini ramai bak pasar kaget.

Pendaki biasanya menetap selama dua bulan di kaki gunung untuk aklimatisasi, atau penyesuaian tubuh terhadap suhu baru. Mereka datang sejak awal tahun untuk mempersiapkan diri ikut pendakian di bulan Mei.

Musim semi di Everest tak melulu indah. Semakin ke puncak, pendaki bakal melihat banyak pemandangan memilukan. Selain sampah plastik yang ditinggalkan, ada juga mayat yang belum sempat dievakuasi.

Tahun lalu sebanyak tujuh pendaki terpaksa tewas mengalah dengan alam yang mendadak mengamuk.

Biaya paling murah mendaki Everest seharga US$20 ribu. Semakin mahal, maka fasilitas dan layanan yang diberikan bakal semakin mumpuni.

Persaingan antar operator pendakian juga semakin tak terelakkan. Berapapun harga yang dibayar, tetap saja nyawa ada di tangan Tuhan YME.

Kami Rita, salah satu sherpa di Gunung Everest. (REUTERS/Navesh Chitrakar)
Harga dari pengalaman

Kami bekerja untuk operator pendakian asal Amerika Serikat, Alpine Ascents. Ia mengatakan banyak operator pendakian yang masih mengabaikan keselamatan.

"Banyak pendaki yang tergiur dengan harga murah tapi tak mempertimbangkan keselamatan. Mereka juga memberi sherpa bayaran yang murah untuk melakukan tugas yang berat," ujar Kami.

Jumlah sherpa yang berpengalaman juga tak semakin bertambah. Kami lebih khawatir mengenai hal ini, pasalnya jumlah pendaki yang datang terus meningkat.

"Saat awal bekerja, kami yang mendatangi operator pendakian untuk meminta pekerjaan. Kini mereka yang harus merayu kami. Karena tak banyak sherpa yang berpengalaman," kata Kami.

Tahun ini tepat 65 tahun Edmund Hillary dan Tenzing Norgay mendaki Gunung Everest untuk yang pertama kalinya. Sudah bisa dibayangkan semakin ramainya "pasar kaget" yang ada di kaki gunung.

Selain pemerintah Nepal, pemerintah China yang kebagian jalur pendakian utara juga ikut menerbitkan surat izin.

Kedua negara itu kini sedang berembuk untuk menetapkan aturan baru mengenai jumlah kunjungan pendaki.

Kelestarian alam jadi salah satu tujuannya, begitu juga dengan keselamatan pendaki. (ard)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Harga dari Menantang Ajal di Gunung Everest : https://ift.tt/2pUWWIk

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga dari Menantang Ajal di Gunung Everest"

Post a Comment

Powered by Blogger.