
Aksinya sudah dimulai sejak Focus Group Discussion (FGD) di Swiss Bell Hotel Batam, Rabu (19/9). Dalam FGD tersebut, semuanya mengarah pada target jangka pendek dan menengah dan kompak membahas upaya pengembangan produk ekowisata.
"Hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa!" sebut Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Rizki Handayani, Rabu (19/9).
FGD tersebut mampu menghasilkan keluaran produk ekowisata yang keren, berkelanjutan dan punya destinasi kelas dunia. Serta diharapkan punya nama besar seperti Plataran L'harmonie Menjangan di Bali Barat, yaitu destinasi yang masuk 100 top destinasi hijau dunia.
"Harus segera mencari sesuatu yang baru. Jangan sampai orang Singapura dan ekspatriat Singapura jenuh. Apalagi selain Batam-Bintan? Selain kulineran dan belanja?," kata Rizki.
Menurutnya, jika mengambil tema park, wisata jenis itu sudah lebih dulu diambil Singapura dan Johor di Malaysia.
"Solusinya ekowisata. Sangat mungkin bisa dijual ke Singapura dan Malaysia. Apalagi destinasinya bisa dicapai dalam 1 hingga 3 jam via laut. Ini bisa jadi role model destinasi wisata berbasis hutan produksi," ucapnya.
Pihak dari Kepri yang juga ikut bergerak. Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Kepri, Syamsul Bahrum mengaku siap support di kemudahan izin, Insetif pun siap diberikan.
"Ada kebijakan 10% pengelolaan hutan produksi lestari dari Kementerian KLHK. Silakan manfaatkan. Asal ada desain tapak, ini bisa dieksekusi. Arahan Gubernur Kepri jelas. Muaranya percepatan," terang Syamsul.
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Hilman Nugroho, ikut mengamini. Dia bahkan siap membantu.
"Indonesia punya tiga fungsi hutan. Semuanya bisa digunakan untuk keperluan pariwisata. Yang penting tidak merubah bentang alam, tidak merubah fungsi, dan manfaatkan 10% lahan. Hasilnya pasti memberikan dampak ekonomi yang besar," terang Hilman.
Contoh nyatanya ada di Bali, Plataran L'harmonie Menjangan. Sementara Kepri, memiliki Telunas Resorts di Kecamatan Moro. Lewat ekowisata, Pantai Telunas juga pernah mengukir prestasi dunia sebagai hotel favorit wisatawan ketiga se-Asia dan ketujuh belas se-dunia. Penghargaan ini pernah diberikan oleh TripAdvisor, situs perjalanan terbesar di dunia pada 2012 silam.
"Sekarang customer kami 95%-nya wisman. Eropa 53%, Amerika Serikat 15%, Singapura 30%. Sisanya Indonesia. Itupun orang yang pernah tinggal di luar negeri," kata Direktur COD Telunas Resort, Idaman Laoli.
Menteri Pariwisata Arief Yahya makin bersemangat untuk mengembangkan ekowisata. Ia menilai, Kepri sudah punya modal dasar yang sangat bagus dengan adanya 2.408 pulau besar dan kecil yang bisa disinggahi wisatawan dari negeri tetangga. Belum lagi panorama alam bawah laut yang mempesona dari mulai Anambas, Pulau Abang, Pulau Petong, Pulau Hantu hingga Pulau Labun, yang menyimpan keindahan bawah laut yang indah. Wisatawan bisa bebas leluasa menjelajahi makhluk laut berwarna-warni dan terumbu karang langka.
"Planet (Alam), People (Masyarakat), dan Prosperity (Kesejahteraan) yang saya sebut 3P harus diperhatikan. Ini rumus pengembangan pariwisata yang terbaik. Ingat, semakin dilestarikan, akan semakin menyejahterakan. Wisatawan zaman now diharapkan tidak hanya sekedar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan dan budayanya. Travel, enjoy, respect!," jelas Arief. (egp/stu)
Baca Kelanjutan Kemenpar, KLHK dan Pemprov Fokus Kembangkan Ekowisata Kepri : https://ift.tt/2DgTNwxBagikan Berita Ini
0 Response to "Kemenpar, KLHK dan Pemprov Fokus Kembangkan Ekowisata Kepri"
Post a Comment