Luasnya kawasan membuat Kalimantan Barat memiliki beragam kebudayaan. Setelah kota Pontianak, tak ada salahnya untuk berkunjung ke kabupaten Singkawang.
Singkawang ramai dikunjungi oleh turis, karena pesonannya yang disebut mirip Hong Kong versi Indonesia.Kebanyakan masyatakat di Singkawang merupakan keturunan China, karena dulunya Singkawang merupakan tempat tinggal para penambang emas yang hijrah dari Negara Tirai Bambu itu.
Bertandang ke Sungai Pinyuh
Jika berangkat dari Pontianak, sebaiknya memulai perjalanan sejak pagi hari karena perjalanan ke Singkawang memakan waktu selama kurang lebih empat jam jika tidak macet. Dari estimasi peta digital, jarak perjalanan dari Pontianak ke Singkawang sejauh 151 kilometer.
Saya memulai perjalanan dengan mobil pada pukul 6 pagi. Baru satu jam perjalanan, kawan saya menawarkan untuk sarapan di kawasan Sungai Pinyuh.
Sungai Pinyuh sudah biasa dijadikan persinggahan bagi yang berangkat dan pulang ke Singkawang. Berada di kabupaten Mempawah, di sepanjang jalannya banyak tempat untuk memanjakan turis dalam perjalanan, seperti kedai kopi sampai toko oleh-oleh.
|
Warung Kopi Aneka Rasa menjadi pilihan saya. Kopi hitam dan Pengkang ditawarkan sebagai menu sarapan.
Pengkang serupa lemper yang dibakar. Jika biasanya lemper berisi daging ayam, Pengkang justru berisi ebi. Ketan yang masih hangat setelah dibakar membuat menu ini semakin nikmat.
|
“Dulu Pengkang harganya hanya Rp1.000, sekarang sudah Rp7.000. Ini makanan khas Pontianak,” kata Yani, sang seorang pengunjung.
Yanti menambahkan, Pengkang yang paling legendaris dijual di sebuah toko di Jalan Raya Peniti, Kecamatan Siantan.
Bugis di Kerajaan Mempawah
Perjalanan kembali berlanjut di kabupaten Mempawah. Selagi berada di sini, saya diajak mampir ke Kerajaan Mempawah, yang berada di Desa Pulau Pedalaman.
Sama seperti di kerajaan yang lain, aturan masuk ke dalam bangunan sakral ini ialah berpakaian dan berperilaku sopan.
|
Sesampainya di sana, saya disambut oleh perwakilannya yang merupakan generasi ke-12, Hj. Rugayah. Telah berusia 70 tahun, ia sudah menempati Amantubillah, nama istana Kerajaan Mempawah, sejak tahun 1960.
Bangunan istana Kerajaan Mempawah didominasi warna hijau, yang dijelaskan Rugayah menandakan kesuburan. Istana ini sudah berdiri sejak tahun 1737.
“Keraton Mempawah ini menjadi salah satu bukti kehadiran etnis Bugis di Kalimantan Barat,” kata Rugayah, yang mengaku lahir di Banten sebelum hijrah ke Kalimantan Barat.
Etnis Bugis dikenal sebagai pemeluk Islam yang taat. Mereka memilih kata ‘mempawah’ yang berarti ‘aku beriman kepada Allah’.
Di ruang tengah, pengunjung dapat melihat singgasana raja dan ratu, lukisan serta foto-foto keluarga kerajaan.
|
Saat masuk ke kamar utama, pengunjung dapat melihat tempat tidur milik kerajaan.
“Bangunan ini telah mengalami beberapa kali renovasi, tapi yang tak pernah diubah ialah lantainya,” ujar Rogayah.
Santap siang di Koopel Terusan
Berkunjung ke Mempawah tak lengkap tanpa menikmati makanan di pinggir sungai. Salah satu restoran yang memiliki konsep demikian adalah Koopel Terusan.
|
Sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun, restoran ini menyajikan menu seafood, seperti Ikan Patin Bakar, Udang Galah Asam Manis, Udang Galah Goreng, Cumi Tepung dan Sayuran Pakis.
|
Sebagai penemannya ialah minuman segara seperti Es Rujak dan Es Jeruk Besar. Untuk makan siang, santapan ini sangat membuat perut kenyang dan hati senang.
Perjalanan ke Singkawang berlanjut di halaman berikutnya...
(ard)
Baca Kelanjutan Ragam Wisata di Sepanjang Kilometer Menuju Singkawang : http://ift.tt/2vufLmHBagikan Berita Ini
0 Response to "Ragam Wisata di Sepanjang Kilometer Menuju Singkawang"
Post a Comment