Hanya saja Anda juga harus berhati-hati di bulan Januari. Pasalnya, banyak orang yang percaya kalau bulan Januari dijuluki sebagai bulan perceraian.
Padahal, berdasarkan data penelitian dari University of Washington mengungkapkan bahwa perceraian paling banyak terjadi di bulan Agustus dan Maret, namun pengadilan setempat melihat pengajuan perceraian melonjak drastis setelah tahun baru.
Beberapa pakar hukum percaya kecenderungan ini disebabkan karena adanya ide bahwa orang tak ingin bercerai saat libur akhir tahun. Ada kemungkinan beberapa pasangan sudah punya keinginan untuk bercerai sejak sebelum liburan, namun mereka menahannya sampai akhir tahun. Setidaknya punya satu liburan terakhir akhir tahun bersama keluarga sebelum berpisah.
"Liburan juga merupakan waktu di mana emosi memuncak, jika Anda tak bahagia atau marah di pernikahan, liburan mungkin mendorong perasaan itu ke titik puncaknya," kata James Gross, pengacara perceraian kepada Huffington Post.
Mengutip Reader's Digest, bulan Januari juga menjadi sebuah waktu tepat untuk membuat resolusi perencanaan di tahun mendatang. Bukan cuma resolusi untuk diri sendiri tapi juga evaluasi dan rencana untuk pasangan dan kehidupan pernikahan.
Saat liburan akhir tahun, banyak pasangan mungkin begitu terhanyut dalam berbagai euforia, kebahagiaan, musik, dan tawa yang lepas. Hal ini dianggap sebagai salah satu upaya mereka yang dianggap berusaha untuk membuat hubungan pasangan bisa lebih baik. Namun, upaya dalam beberapa hari, mungkin belum tentu bisa menghasilkan apapun.
Tapi begitu jam berdentang pukul 00.00 di 1 Januari, masalah kehidupan nyata mulai bertumpuk lagi. Realita mulai kembali, masalah kembali menghadang.
Jadi, ada baiknya salah satu resolusi terbaik bagi pasangan di tahun baru adalah merefleksikan kembali kehidupan pernikahan mereka. (chs/chs)
Baca Kelanjutan Januari, Awal Tahun Baru dan 'Mitos' Bulan Perceraian : http://bit.ly/2EYPtSDBagikan Berita Ini
0 Response to "Januari, Awal Tahun Baru dan 'Mitos' Bulan Perceraian"
Post a Comment