Salah seorang arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, Faiz mengatakan bahwa sebuah benda, struktur, atau bangunan yang memiliki arti khusus bagi ilmu pengetahuan dapat diusulkan menjadi cagar budaya setelah berusia lebih dari 50 tahun.
Oleh karena itu, Faiz lanjut mengatakan, upaya untuk mengungkap identitas dan peristiwa di balik tenggelamnya kapal tersebut harus dikaji lebih mendalam lagi.
"Perkiraan ini berkaitan dengan konteks peristiwa kekalahan Hindia Belanda di Manado oleh serangan militer Jepang saat perang Pasifik 1942. Kemudian diikuti peristiwa pembakaran kapal di Pelabuhan Gorontalo oleh pasukan Vernielingscorps," ujar Faiz, seperti yang dikutip dari Antara, Senin (2/4).
Sebelumnya, BPCB telah menelusuri bangkai kapal yang berada di kedalaman laut 15-30 meter dan dikenal sebagai situs penyelaman Japanese Cargo Wreck itu.Informasi yang berkembang di masyarakat luas menyebutkan kapal tersebut adalah kapal kargo Jepang bernama Kyosei Maru atau Kosei Maru yang tenggelam antara 1957-1958 akibat kebakaran.
Namun dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh Tim Pemetaan dan Dokumentasi Potensi Cagar Budaya Bawah Air BPCB, kapal kargo Jepang bernama Kyosei Maru atau Kosei Maru tidak tenggelam di Gorontalo, melainkan tenggelam di wilayah kepulauan Pasifik.
"Ada nama kapal Kyosei Maru, pertama adalah Kyosei Maru yang tenggelam sekitar 1924 merupakan tipe kapal kargo uap dibuat pada tahun 1897 oleh perusahaan dari Sunderland, Inggris yakni Doxford and Sons Ltd," katanya.
Kapal Kyosei Maru dilaporkan tenggelam dan kehilangan kontak pada 6 Januari 1924 di sekitar perairan pasifik. Kedua adalah Kyosei Maru yang tenggelam sekitar 1944 dengan angka tahun pembuatan 1938, merupakan tipe kapal perang yang menggunakan mesin diesel.
Selain Kyosei Maru, dalam catatan sejarah juga menyebut ada kapal bernama Kapal Kosei Maru merupakan kapal Kargo Jepang yang tenggelam pada 1943 akibat serangan torpedo di perairan Pasifik.
"Berdasarkan hasil tersebut, informasi terkait identitas reruntuhan kapal yang terdapat di Leato tersebut bukanlah kapal Kyosei Maru atau Kosei Maru seperti yang asumsikan oleh masyarakat luas di Gorontalo," ujarnya.
Hal utama yang perlu didalami adalah peristiwa pembakaran kapal di Gorontalo yang dilakukan oleh Vernielingscorps pada tahun 1942. Peristiwa itu dapat menjadi awal penelusuran, untuk mengungkap letak reruntuhan kapal di dasar laut yang diindikasikan sebagai kapal milik Koninklijke Paketvaart Maatschappicj Belanda.
Lingkungan sekitar situs didominasi dengan pasir dan terumbu sea fans dan sponges. Area kontur dasar laut letak struktur kapal merupakan drop off yang mencapai lebih 60 derajat dengan slope rata-rata 15 sampai 45 derajat.
(agr/agr)
Baca Kelanjutan Wisata Reruntuhan Kapal di Perairan Leato Selatan : https://ift.tt/2Eb5aBqBagikan Berita Ini
0 Response to "Wisata Reruntuhan Kapal di Perairan Leato Selatan"
Post a Comment